Tentang:
"KELUAR DARI MINA MENUJU
ARAFAH TENGAH MALAM DAN SHALAT SUBUH DI ARAFAH"
بسم الله الرحمن الرحيم
Dewan Hisbah Persatuan Islam
setelah:
MENGINGAT:
1.Nabi Saw., masuk Mina pada hari Tarwiyah
....فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ تَوَجَّهُوا إِلَى مِنًى
فَأَهَلُّوا بِالْحَجِّ وَرَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَصَلَّى
بِهَا الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ
….Ketika hari tarwiyah mereka(bersama Nabi)
pergi menuju Mina, mereka ber ihram untuk haji kemudian rasulullah Saw., naik
kendaraan, kemudian shalat zhuhur, ‘ashar,maghrib, Isya dan subuh.(H.R
Muslim,1:511)
2.Nabi Saw., pergi dari Mina ke Arofah pagi hari setelah terbit matahari.
...ثُمَّ مَكَثَ قَلِيلاً حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ وَأَمَرَ بِقُبَّةٍ
مِنْ شَعَرٍ تُضْرَبُ لَهُ بِنَمِرَةَ فَسَارَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- وَلاَ تَشُكُّ قُرَيْشٌ إِلاَّ أَنَّهُ وَاقِفٌ عِنْدَ الْمَشْعَرِ
الْحَرَامِ كَمَا كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصْنَعُ فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَأَجَازَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ فَوَجَدَ الْقُبَّةَ
قَدْ ضُرِبَتْ لَهُ بِنَمِرَةَ فَنَزَلَ بِهَا
....kemudian
Nabi Saw., tinggal sebentar sampai terbit matahari, Nabi saw memerintahkan
membuat qubah dari bulu untuknya di Namirah , kemudian Rasulullah Saw.,
berangakat.Orang Quraisy tidak ragu bahwa Nabi Saw., akan wuquf di Masy’aril
Haram sebagaimana orang Quraisy lakukan dijaman jahiliyyah. Kemudian Rasulullah
Saw melewatinya sampai tiba di ‘Arofah singgah di Namirah.(H.R Muslim,1:511)
حَتىَّ إِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ أَمَرَ
بِالْقَصْوَاءِ فَرُحِلَتْ لَهُ فَأَتَى بَطْنَ الْوَادِى فَخَطَبَ النَّاسَ
"...Sehingga diwaktu
tergelincir matahari Nabi Saw., memerintahkan Qashwa (unta NAbi) untuk
berangkat, kemudian Nabi Saw., tiba di Bathil Wadhi (lembah) kemudian Nabi
Saw., berkhutbah”.(Muslim, 1:511)
فَجَاءَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ وَأَنَا مَعَهُ يَوْمَ عَرَفَةَ حِينَ زَالَتْ الشَّمْسُ فَصَاحَ عِنْدَ
سَرَادِقِ الْحُجَّاجِ فَخَرَجَ وَعَلَيْهِ مِلْحَفَةٌ مُعَصْفَرَةٌ فَقَالَ مَا
لَكَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ؟ فَقَالَ الرَّوَاحَ إِنْ كُنْتَ تُرِيدُ
السُّنَّةَ قَالَ هَذِهِ السَّاعَةَ قَالَ نَعَمْ
“Kemudian Ibn Umar datang dan aku bersamanya
pada hari ‘arafah disaat tergelincir matahari, maka ia berteriak dari
tenda-tenda haji, kemudian ia keluar dengan memakai selimut kuning, kemudian
Malik berkata:”Apa itu wahai Abu Abdurrahman?maka ia menjawab:”Pergi jika
engkau mau melaksanakan sunnah.”Ia berkata:”Sekarang?”ia menjawab:”Ya!(Q.S
Bukhari,1:288).
4.Nabi Saw.,keluar dari ‘Arafah setelah
Maghrib.
فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتِ
الشَّمْسُ وَذَهَبَتِ الصُّفْرَةُ قَلِيلاً حَتَّى غَابَ الْقُرْصُ وَأَرْدَفَ
أُسَامَةَ خَلْفَهُ وَدَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
“…Nabi Saw., tidak
henti-hentinya wuquf sampai terbenam matahari dan hilang kekuning-kuningan
sedikit sampai hilang bulatannya, kemudian Usamah menyertai Nabi
Saw.,dibelakangnya lalu Rasulullah berangkat.”(H.R Muslim, 1:512).
5.Nabi Saw., tiba
dimuzdalifah kira-kira Isya.
حَتَّى أَتَى الْمُزْدَلِفَةَ فَصَلَّى
بِهَا الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ بِأَذَانٍ وَاحِدٍ وَإِقَامَتَيْنِ
“… Sampai Nabi tiba di Muzdalifah kemudian
Nabi shalat maghrib dan ‘isya dengan satu kali adzan dan dua kali iqamat.(H.R
Muslim, 1:512).
6.Nabi Saw., keluar dari Muzdalifah sebelum terbit matahari;
ثُمَّ اضْطَجَعَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ وَصَلَّى الْفَجْرَ - حِينَ
تَبَيَّنَ لَهُ الصُّبْحُ - بِأَذَانٍ وَإِقَامَةٍ ثُمَّ رَكِبَ الْقَصْوَاءَ
حَتَّى أَتَى الْمَشْعَرَ الْحَرَامَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَدَعَاهُ
وَكَبَّرَهُ وَهَلَّلَهُ وَوَحَّدَهُ فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى أَسْفَرَ
جِدًّا فَدَفَعَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ
“…
kemudian Nabi Saw., berbaring sampai terbit fajar lalu shalat fajar ketika
betul-betul tiba waktu shubuh dengan satu adzan dan iqamat, kemudian Nabi naik
qashwa hingga tiba di Masy’aril Haram kemudian menghadap qiblat lalu berdoa,
bertakbir, bertahlil, dan mengesakan Allah. Maka terus Nabi wuquf (Tinggal di
Masy’aril Haram) sampai kekuning-kuningan, kemudian Nabi berangkat sebelum
terbit matahari.”(H.R Muslim, 1:512).
7.Nabi
tiba di Mina setelah Ifadhah dan Shalat Zhuhur di Mina
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَفَاضَ يَوْمَ النَّحْرِ ثُمَّ رَجَعَ فَصَلَّى
الظُّهْرَ بِمِنًى. قَالَ نَافِعٌ فَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُفِيضُ يَوْمَ النَّحْرِ
ثُمَّ يَرْجِعُ فَيُصَلِّى الظُّهْرَ بِمِنًى وَيَذْكُرُ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى
الله عليه وسلم- فَعَلَهُ.
Dari Ibn Umar.”Sesungguhnya
Rasulullah Saw., melakukan Ifadhah pada hai raya ( 10 Dzulhijjah) kemudian
kembali (ke Mina)lalu shalat zhuhur dimina. Nafi’ berkata:”Ibn Umar juga
melakukan ifadhah pada hari raya kemudian kembali dan shalat zhuhur di Mina, ia
menyebutkan bahwa Nabi Saw., melakukan seperti itu.(H.R Muslim, 1:547)
Pada dasarnya kita dituntut untuk melaksanakan
sebagaimana yang dilaksanakan oleh NAbi Saw., sebagaimana dalam hadits
dinyatakan:
خُذُوْا عَنيِّ مَنَاسِكَكُمْ
“Ambillah dariku peraktek ibadah haji kamu”
Dalam beberapa hal Nabi membenarkan atau
memberikan rukhshah (keringanan)kepada mereka yang tidak tepat waktu, seperti
keterangan di bawah ini:
1.عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ
سَوْدَةَ بِنْتَ زَمْعَةَ كَانَتِ امْرَأَةً ثَبْطَةً.فَاسْتَأْذَنَتْ رَسُوْلَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَدْفَعَ مِنْ جَمْعٍ قَبْلَ دَفْعَةِ
النَّاسِ فَأَذِنَ لَهَا.
Dari Aisyah:”Sesungguhnya Saudah binti Zam’ah adalah
istri yang berat/gemuk, kemudian ia meminta izin untuk keluar dari mudzdalifah
sebelum orang-orang keluar, maka Nabi Saw mengizinkan-Nya.”(H.R Ibn Majah,
2:1007)
2. عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ يَعْمَرَ : أَنَّ نَاسًا
مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ أَتُوْا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَهُوَ بِعَرَفَةَ فَسَأَلُوْهُ فَأَمَرَ مُنَادِيًا فَنَادَى: اَلْحَجُّ
عَرَفَةٌ. مَنْ جَاءَ لَيْلَةَ جَمْعٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ فَقَدْ أَدْرَكَ
الْحَجَّ
Dari Abdirrahman ibn
Ya’mar:”Sesungguhnya orang-orang dari Najd datang kepada Rasulullah Saw.,
sedang beliau di ‘Arafah, maka bertanya kepada Nabi Saw., memerintahkan untuk
mengumandangkan: “Haji itu ‘Arafah.” Siapayang datang ke Arafah pada malam
Muzdalifah sebelum terbit fajar, maka sungguh ia mendapatkan haji (Sah
hajinya).” (H.R Tirmidzi; Tuhfah al-Ahwadzi, 3:633)
3.
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ مُضَرِّسٍ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و
سلم بِالْمُزْدَلِفَةِ حِيْنَ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ
اللهِ إِنِّي جِئْتُ مِنْ جَبَليْ طَيِّءٍ. أَكَلْلتُ رَاحَتِي وَأَتَّعَبْتُ
نَفْسِي وَاللهِ ! مَا تَرَكْتُ مِنْ جَبَلٍ إِلاَّ وَقَفْتُ عَلَيْهِ فَهَلْ لِي
مِنْ حَجٍّ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَهِدَ
صَلاَتَنَا هذِهِ وَوَقَفَ مَعَنَا حَتَّى نَدْفَعَ وَقَدْ وَقَفَ بِعَرَفَةَ
قَبْلَ ذاَلِكَ لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَقَدْ تَمَّ حَجُّهُ وَقَضَى تَفَثَهُ .
Dari Urwah bin mudharris, ia berkata:”Aku
dating kepada Rasulullah Saw., di Muzdalifah ketika Nabi Saw., keluar untuk
shalat, aku bertanya: Aku melewati dua gunung thayyi, kendaraanku lelah dan aku
pun cape, demi Allah tidak aku tinggalkan satu gunung kecuali aku berhenti
dulu, apakah haji saya sah? RAsulullah Saw., menjawab:”Barangsiapa yang
menyaksikan shalatku yang ini, pernah wuquf (tinggal), bersama kami samapi
keluar dan sebelumnya pernah wuquf di”Arafah baik siang atau malam, maka
sungguh sempurna hajinya dan melaksanakan yang semestinya.”(H.R Tirmidzi)
MEMPERHATIKAN :
Sambutan dan pengarahan dari
Ketua Dewan Hisbah KH.Usman Sholehuddin
Sambutan dan pengantar dari
Ketua Umum PP Persis Prof. Dr. KH. M. Abdurrahman, MA.
Makalah dan pembahasan yang
disampaikan oleh: KH.
Aceng Zakaria
Pembahasan dan penilaian dari
anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut di atas
MENIMBANG:
Pelaksanaan manasik haji harus
sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Pelaksanaan ibadah haji terdiri
dari rukun, wajib dan sunnat.
Mabit di Mina sebelum wukuf di
Arafah sampai shalat subuh hukumnya sunnat, dan mabit pada sebagian malamnya
sah.
Pada pelaksanaannya sering kali
dihadapkan pada kendala.
Keluar dari Mina menuju Arafah
tengah malam karena suatu hambatan yang tidak bisa dihindari, sering terjadi.
Melaksanakan ibadah haji harus
diupayakan secara maksimal agar rukun, wajib dan sunnatnya dapat terpenuhi.
Perlu kejelasan hukum mengenai
keluar dari mina waktu malam hari dan shalat shubuh tanggal 9 Dzulhijjah di
Arafah.
Dengan demikian Dewan Hisbah
Persatuan Islam
MENGISTINBATH :
Keluar dari Mina menuju ‘Arafah pada waktu
tengah malam dan shalat shubuh di Arofah karena suatu halangan, ibadah hajinya
sah.
Demikian keputusan Dewan Hisbah
mengenai masalah tersebut dengan makalah
terlampir.
الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير
للإسلام و المسلمين
Bandung, 25 Rabi'ul Awwal 1433 H
18 Februari 2012 M
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Ketua Sekretaris
KH. USMAN SHOLEHUDDIN KH. ZAE NANDANG
NIAT: 05536 NIAT: 13511
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Pada Sidang Dewan Hisbah Lengkap
Di Gedung Haji Qanul Manazil,
Ciganitri Bandung, 25 Rabi'ul Awwal 1433 H
18 Februari 2012 M
Tentang:
"SYADDUDZARI'AH DAN
IMPLEMENTASINYA"
بسم الله الرحمن الرحيم
Dewan Hisbah Persatuan Islam
setelah:
MENGINGAT:
Firman Allah SWT :
Surat Hud/11:113
“Dan janganlah kamu cenderung kepada
orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan
sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah,
Kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan”
.
An-Nisa/4: 58-59
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.58. Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya” (59).
Al-Maidah/5: 2
“…dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya”.
Al-Hijru/:15 88
Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu
kepada kenikmatan hidup yang Telah kami berikan kepada beberapa golongan di
antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati
terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.
Diperintahkan makanan halalan thayyiba.
Sunnah Nabi SAW :
Mukminin dengan mukmin adalah saudara
Tidak boleh bahaya dan membahayakan. (HR. Malik)
Tolong menolong bagian dari amal salih
قال ( لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ )
Rasul bersabda, “Tidak sempurna iman
seorang kalian sehingga mencinati sahabtanya,
serbagaimana mencintai terhadap dirinya sendiri”.
وقال ( : ( الْمُسْلِمُ
أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَحْقِرُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ ولايُسْلِمُهُ ، بِحَسْبِ
امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ ، كُلُّ لْمُسْلِمِ
عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ ) .
Rasul bersabda, “Muslim itu adalah
saudaranya muslim yang lain tidak menghina, merendahkan, tidak menyerahkan
(pada yang lain. Perhitungan seseorang sesuai dengan kesalahan untuk merendahkan saudaranya yang lain. Setiap
Muslim atas muslim haram darah, harta dan kehormatannya.
وقال عليه الصلاة والسلام : ( لا تَبَاغَضُوا وَلا تَدَابَرُوا وَلا
تَنَاجَشُوا ولايَبعْ بَعضُكُمْ عَلى بَيعِ بعضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ
إخوانَاً ) .
Rasul bersabda, “Jangan saling membnci,
jangan saling membelakangi, jangan menjual barang di atas harga yang
seharusnya, jangan menjual jujalan orang ;lain, dan jadikanlah hamba-hamba
Allah sebagai saudara.
MEMPERHATIKAN :
Sambutan dan pengarahan dari
Ketua Dewan Hisbah KH.Usman Sholehuddin
Sambutan dan pengantar dari
Ketua Umum PP Persis Prof. Dr. KH. M. Abdurrahman, MA.
Makalah dan pembahasan yang
disampaikan oleh: Prof. Dr. KH. M. Abdurrahman, MA.
Pembahasan dan penilaian dari
anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut di atas
MENIMBANG:
Keselamatan ummat dalam aqidah,
ibadah dan mu'amalah harus menjadi prioritas Pimpinan Pusat Persatuan Islam.
Dengan demikian Dewan Hisbah
Persatuan Islam
MEREKOMENDASIKAN :
Dewan Hisbah menerima kaidah "Saddu Dzari'ah" dan "Fathu
Dzari'ah".
Ummat Islam wajib melaksanakan Saddu Dzari'ah sesuai dengan
kemampuan.
Pimpinan Pusat Persatuan Islam wajib melaksanakan Saddu Dzari'ah
dengan hal-hal sebagai berikut :
Menjadi patner pemerintah dan memberikan masukan-masukan tentang
kaidah Saddu Dzari'ah dan implementasinya untuk menyelamatkan jam'iyyah
Persatuan Islam dan ummat Islam.
Membuat rumusan-rumusan dalam aspek ekonomi, sosial dan aspek
lainnya yang dapat dilaksanakan oleh ummat jam'iyyah Persatuan Islam sebagai
implementasi Saddu Dzari'ah.
Demikian rekomendasi Dewan
Hisbah mengenai masalah tersebut dengan
makalah terlampir.
الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير
للإسلام و المسلمين
Bandung, 25 Rabi'ul Awwal 1433 H
18 Februari 2012 M
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Ketua Sekretaris
KH. USMAN SHOLEHUDDIN KH. ZAE NANDANG
NIAT: 05536 NIAT:
13511
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Pada Sidang Dewan Hisbah Lengkap
Di Gedung Haji Qanul Manazil,
Ciganitri Bandung, 26 Rabi'ul Awwal 1433 H
19 Februari 2012 M
Tentang:
" DONOR DARAH"
بسم الله الرحمن الرحيم
Dewan Hisbah Persatuan Islam
setelah:
MENGINGAT:
Firman Allah SWT,
إِنَّمَا حَرَّمَ
عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ
لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ
إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (173)
Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Baqarah: 173).
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ
الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ
Diharamkan bagimu (memakan)
bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain
Allah,.(QS.Al - Maidah : 3).
Dalam hal tersebut Rasulullah
saw. Ditanya oleh para Sahabat yang
merasa heran karena yang disamak adalah
kulit bangkai. Maka beliau menjawab :
إنما
حرم أكله
“ Sesungguhnya
diharamkan itu memakannya”(
HR.Al-Jama’ah )
Hadis-hadis Nabi SAW :
تداووا عباد الله فإن الله سبحانه لم يضع
داء الا وضع معه شفاء الا الهرم
“Wahai hamba Allah,
berobatlah ,karena sesungguhnya Allah
menjadikan sesuatu penyakit pasti
juga menjadikan obatnya ,kecuali
penykit yang satu , yaitu ketuaan.” ( HR.Ahmad ).
عن جابر عن رسول الله ص أنه قال ثم لكل داء دواء فإ ذا أصيب دواء الداء برأ
بإذن الله عز وجل (
رواه مسلم )
“Tiap penyakit ada
obatnya ,jika penyakit telah mendap obat
( semoga) sembuh lagi ia
dengan izin Allah ( HR.Muslim )
عن أنس قال : قال رسول الله ص, إذا دبغ
الإهاب فقد طهر (
رواه مسلم)
Dari Anas dia berkata:
Rasulullah saw.bersabda :” Kulit apabila disamak maka jadi suci” ( HR.Muslim
)
من كان في حاجة أخيه كان الله في
حاجته (رواه البخارى ومسلم )
“ Barangsiapa
memenuhi hajat seseorang,maka Allah akan
memenuhi hajat orang itu” (HR.Bukhori, Muslim )
من نفس عن مسلم كربة من كرب الدنيا نفس
الله عنه كربة من كرب يوم القيامة
“Barang siapa
melepaskan dari seorang muslim satu
kesusahan dari kesusahan dunia,niscaya Allah akan melepaskan kesusahan akhirat
( HR.Muslim ).
والله في عون العبد ما كان العبد
في عون أخيه (رواه مسلم )
“Allahu senantiasa menolong
hambanya , selama ia menolong sudaranya (
HR.Muslim )
لا ضَرَ وَلاَ ضِرَار
"Tidak boleh
melakukan sesuatu yang membahayakan jiwa dan tidak boleh pula membahayakan
orang lain."
إِنَّ اللهَ إِذَا حَرَّمَ عَلَى قَوْمٍ
أَكْلَ شَيْءٍ,
حَرَّمَ عَلَيْهِمْ
ثَمَنَهُ
"Sesungguhnya jika Allah mengharamkan sebuah kaum untuk memakan sesuatu
maka Allah akan haramkan harganya.
Kaidah Fiqhiyah :
الحاجة قد تنزل منزلة الضرورة
“Perkara hajat
(kebutuhan) menempati posisi darurat (dalam menetapkan hukum islam), baik
bersifat umum maupun khusus”.
المشقة تجلب التيسير
“Kesulitan dapat
menarik kemudahan
الضرورة تبيح المحظورات
“ Keadaan darurat
membolehkan perkara yang dilarang”
ما أبيح للضرورة
تقدر بقدرها
“Sesuatu yang
dibolehkan karena darurat sekedar untuk
mengatasi kesulitan tertentu “
الأصل في المنافع الإباحة
“Pada dasarnya segala sesuatu yang bermanfaat adalah mubah
(halal)”
MEMPERHATIKAN :
Sambutan dan pengarahan dari
Ketua Dewan Hisbah KH.Usman Sholehuddin
Sambutan dan pengantar dari
Ketua Umum PP Persis Prof. Dr. KH. M. Abdurrahman, MA.
Makalah dan pembahasan yang
disampaikan oleh: 1. K.H. Taufik Azhar, S.Ag, 2. Dr. Hary Rayadi, Mars AV
Pembahasan dan penilaian dari
anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut di atas
MENIMBANG:
Darah manusia pada asalnya
hukumnya haram.
Mengeluarkan darah untuk
kesehatan dianjurkan.
Mengeluarkan darah untuk
menolong orang lain yang membutuhkan dengan tanpa madharat bagi pendonor
dianjurkan.
Donor darah sudah terbukti menjadi
salah satu solusi yang tidak bisa dihindarkan.
Perlu kejelasan hukum tentang
donor darah.
Dengan demikian Dewan Hisbah
Persatuan Islam
MENGISTINBATH :
Donor darah dalam keadaan darurat hukumnya mubah.
Mendonorkan darah selama tidak membahayakan jiwa hukumnya mubah.
Mendirikan bank darah hukumnya mubah.
Demikian keputusan Dewan Hisbah
mengenai masalah tersebut dengan makalah
terlampir.
الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير
للإسلام و المسلمين
Bandung, 26 Rabi'ul Awwal 1433 H
19 Februari 2012 M
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Ketua Sekretaris
KH. USMAN SHOLEHUDDIN KH. ZAE NANDANG
NIAT: 05536 NIAT: 13511