KH.Shiddiq Amien merupakan sosok ulama intelektual yang mampu memberikan pencerahan pemikiran dan gerakan dakwah khususnya melalui dan dilingkungan jamiyyah Persatuan Islam. Harus diakui Persis dibawah kepemimpinannya mengalami sebuah penyegaran pemikiran konsep dan program yang disesuaikan dengan keadaan yang dibutuhkan. Ulama asal Kota Tasikmalaya yang gemar membaca ini, merupakan sosok yang kehadirannya sangat dinantikan dan dibutuhkan oleh umat. Gaya penyampaian yang komunikatif dan argumentative, disertai gaya dakwah yang memikat membuat orang tidak mau beranjak untuk tetap menyimak pesan yang disampaikannya. Mulai dari masyarakat menengah kebawah, sampai menengah keatas. Dari mulai petani sampai ketingkat akademisi bahkan ketingkat elit (pejabat). KH.Shiddiq Amien mewarisi pemikiran intelektual dan keulamaan, sekaligus akan memberikan kesan istimewa mengenai kepribadian dan pematangan intelektual dan sangat disegani dilingkungan jamaah dan jamiyyah Persis. Shiddiq Amin merupakan figur ulama langka dijaman sekarang. Beliau seorang ulama yang serius dalam prinsip tapi cukup toleran dengan pemahaman lain.
KH.Shiddiq Amien adalah seorang ulama
intelektual dan intelektual ulama ternama dalam jajaran jamiyyah
Persatuan Islam (Persis) khususnya. Sebagai ulama beliau mampu membawa
jamiyah Persis ke level mengagumkan. Sebagai seorang intelektual muda,
beliau mampu menyatukan tradisi keulamaan dan keintelektualan secara
sekaligus.
Jenjang pendidikan formal Shiddiq Amien
diawali dengan memasuki SDN Benda Nagarasari Tasikmalaya, kemudian masuk
SMPN 3 Tasikmalaya dan SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Selesai menamatkan
pendidikannya di SMA (1974), beliau melanjutkan pendidikan formalnya di
ABA (seakarang STBA) yang waktu kuliahnya sore hari. Maka pada pagi
harinya Shiddiq Amien belajar di pesantren Persis 1 Pajagalan pada
tingkat Mu’allimien yang di pimpin (saat itu) oleh KH.Endang
Abdurrahman. Dilihat dari sisi pendidikan pesantren beliau terbilang
cukup mengagumkan, mengingat tanpa memasuki jenjang Tsanawiyah bisa
langsung masuk ke Tingkat Mu’allimien. Saat itu Shiddiq Amien hanya
dititipkan oleh sang ayah kepada KHE.Abdurrahman.
Pendidikan ilmu agamanya lebih banyak diasuh oleh sang ayah, baik itu
ilmu alat seperti balaghah, nahwiyah, sharaf dan lain-lain, atau-pun
dalam membaca kitab kuning. Sekalipun beliau tidak pernah mengeyam
pendidikan tingkat Tsanawiyah secara formal di Persis, namun beliau
mampu menyusul ketertinggalan itu bahkan menjadi murid kepercayaan
ustadz Abdurrahman. Tentu saja pendidikan agama yang senantiasa beliau
terima dari ayahnya menjadi modal. Sebab hampir tiap malam beliau
diajari oleh ayahnya. Seperti dituturkan mantan santrinya, bahwa ia
sering mendengar beliau membaca hadits atau kitab yang diajarkan oleh
ayahnya. Bahkan menurut penuturan ibunya Hj.E.Hamidah bahwa sebelum jang
Shiddiq (panggilan keyasangan dari ibu) pergi ke Bandung, selama kurang
lebih 2 bulan beliau tiap habis shalat shubuh oleh ayahnya diasah
mengenai ilmu alat seperti nahwiyah, balaghah, mantiq dan sebagaianya.
Maka tidak heran jika beliau bisa langsung masuk ke jenjang Mu’allimien.
Bahkan Shiddiq Amien banyak mendapat kepercayaan dari gurunya Ustadz
Abdurrahman. Meskipun hanya mengenyam pendidikan selama dua tahun di
Pesantren (Mu’allimien) namun pengetahuan yang dimilikinya tentang agama
Islam cukup luas dan mendalam. Hal ini disebabkan beliau selalu rajin
dan ulet dalam mempelajari agama Allah. Bukan hanya melalui pendidikan
Mu’allimien, namun juga melalui pengajian-pengajian yang selalu
dihadirinya, selain itu dengan penguasaan dua bahasa asing menyebabkan
mampu membuka berbagai disiplin ilmu. Dan pada tahun 1979 beliau
memperoleh gelar S1-nya di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA), sedangkan
gelar MBA diraihnya lewat JIMS.
Suatu hal yang patut mendapat sorotan dan
menarik jika ditelusuri ikhwal pendidikannya yang menjadi sosok ulama
kharismatik. Kesan yang akan muncul dan terbersit, bahwa pendidikan yang
dijalaninya agak berbeda dengan para Kyai pada umumnya. Bahkan mungkin
berbeda dengan jalur pendidikan yang biasa dijalani para putra pimpinan
pesantren. Peta perjalanan pendidikan yang dijalani Shiddiq Amien sangat
unik dan mengesankan. Jika ditinjau dalam perspektif yang lebih terang,
hal ini menunjukkan betapa visionernya Shiddiq Amien sejak masih muda.
Shiddiq Amien mampu untuk terbang
melampaui paradigma pendidikan pesantren yang berlangsung selama
berpuluh tahun. Beliau kemudian menuruti minat dan bakatnya dalam hal
pendidikan, meskipun berbeda dengan tradisis pesantren. Namun, terbukti
akhirnya memberikan manfaat yang besar dikemudian hari. Jenjang
pendidikannya sebagai sosok Kyai dengan wawasan yang luas.
Hal ini bisa kita bayangkan bahwa Shiddiq Amien semasa masih belajar di
SMA 1 Tasikmalaya, sudah diberi tugas oleh ayahnya untuk mengajar di
pesantren Persis 67. Mata pelajaran yang ia sampaikan adalah Bahasa
Inggris dan Bahasa Indonesia. Dalam kapasitasnya sebagai seorang guru,
Shiddiq Amien dalam menyampaikan pelajarannya sangat komunikatif dan
gampang untuk dimengerti. Tidak jarang diantara para santri merasa rugi
dan kehilangan jika suatu saat beliau tidak bisa mengajar. Kehadirannya
sangat dinantikan oleh para santri.