KEL.BESAR ABU ALIFA

KEL.BESAR ABU ALIFA

Minggu, 08 Juli 2012

KH.SHIDDIQ AMIEN (INTELEKTUAL MUDA BERJIWA ULAMA)



KH.Shiddiq Amien merupakan sosok ulama intelektual yang mampu memberikan pencerahan pemikiran dan gerakan dakwah khususnya melalui dan dilingkungan jamiyyah Persatuan Islam. Harus diakui Persis dibawah kepemimpinannya mengalami sebuah penyegaran pemikiran konsep dan program yang disesuaikan dengan keadaan yang dibutuhkan. Ulama asal Kota Tasikmalaya yang gemar membaca ini, merupakan sosok yang kehadirannya sangat dinantikan dan dibutuhkan oleh umat. Gaya penyampaian yang komunikatif dan argumentative, disertai gaya dakwah yang memikat membuat orang tidak mau beranjak untuk tetap menyimak pesan yang disampaikannya. Mulai dari masyarakat menengah kebawah, sampai menengah keatas. Dari mulai petani sampai ketingkat akademisi bahkan ketingkat elit (pejabat). KH.Shiddiq Amien mewarisi pemikiran intelektual dan keulamaan,  sekaligus akan memberikan kesan istimewa mengenai kepribadian dan pematangan intelektual dan sangat disegani dilingkungan jamaah dan jamiyyah Persis. Shiddiq Amin merupakan figur ulama langka dijaman sekarang. Beliau seorang ulama yang serius dalam prinsip tapi cukup toleran dengan pemahaman lain.
KH.Shiddiq Amien adalah seorang ulama intelektual dan intelektual ulama ternama dalam jajaran jamiyyah Persatuan Islam (Persis) khususnya. Sebagai ulama beliau mampu membawa jamiyah Persis ke level mengagumkan. Sebagai seorang intelektual muda, beliau mampu menyatukan tradisi keulamaan dan keintelektualan secara sekaligus.

Jenjang pendidikan formal Shiddiq Amien diawali dengan memasuki SDN Benda Nagarasari Tasikmalaya, kemudian masuk SMPN 3 Tasikmalaya dan SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Selesai menamatkan pendidikannya di SMA (1974), beliau melanjutkan pendidikan formalnya di ABA (seakarang STBA) yang waktu kuliahnya sore hari. Maka pada pagi harinya Shiddiq Amien belajar di pesantren Persis 1 Pajagalan pada tingkat Mu’allimien yang di pimpin (saat itu) oleh KH.Endang Abdurrahman. Dilihat dari sisi pendidikan pesantren beliau terbilang cukup mengagumkan, mengingat tanpa memasuki jenjang Tsanawiyah bisa langsung masuk ke Tingkat Mu’allimien. Saat itu Shiddiq Amien hanya dititipkan oleh sang ayah kepada KHE.Abdurrahman. Pendidikan ilmu agamanya lebih banyak diasuh oleh sang ayah,  baik itu ilmu alat seperti balaghah, nahwiyah, sharaf dan lain-lain, atau-pun dalam membaca kitab kuning. Sekalipun beliau tidak pernah mengeyam pendidikan tingkat Tsanawiyah secara formal di Persis, namun beliau mampu menyusul ketertinggalan itu bahkan menjadi murid kepercayaan ustadz Abdurrahman. Tentu saja pendidikan agama yang senantiasa beliau terima dari ayahnya menjadi modal. Sebab hampir tiap malam beliau diajari oleh ayahnya. Seperti dituturkan mantan santrinya, bahwa ia sering mendengar beliau  membaca hadits atau kitab yang diajarkan oleh ayahnya. Bahkan menurut penuturan ibunya Hj.E.Hamidah bahwa sebelum jang Shiddiq (panggilan keyasangan dari ibu) pergi ke Bandung, selama kurang lebih 2 bulan beliau tiap habis shalat shubuh oleh ayahnya diasah mengenai ilmu alat seperti nahwiyah, balaghah, mantiq dan sebagaianya. Maka tidak heran jika beliau bisa langsung masuk ke jenjang Mu’allimien. Bahkan Shiddiq Amien banyak mendapat kepercayaan dari gurunya Ustadz Abdurrahman. Meskipun hanya mengenyam pendidikan selama dua tahun di Pesantren (Mu’allimien) namun pengetahuan yang dimilikinya tentang agama Islam cukup luas dan mendalam. Hal ini disebabkan beliau selalu rajin dan ulet dalam mempelajari agama Allah. Bukan hanya melalui pendidikan Mu’allimien, namun juga melalui pengajian-pengajian yang selalu dihadirinya, selain itu dengan penguasaan dua bahasa asing menyebabkan mampu membuka berbagai disiplin ilmu. Dan pada tahun 1979 beliau memperoleh gelar S1-nya di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA), sedangkan gelar MBA diraihnya lewat JIMS.

Suatu hal yang patut mendapat sorotan dan menarik jika ditelusuri ikhwal pendidikannya yang menjadi sosok ulama kharismatik. Kesan yang akan muncul dan terbersit, bahwa pendidikan yang dijalaninya agak berbeda dengan para Kyai pada umumnya. Bahkan mungkin berbeda dengan jalur pendidikan yang biasa dijalani para putra pimpinan pesantren. Peta perjalanan pendidikan yang dijalani Shiddiq Amien sangat unik dan mengesankan. Jika ditinjau dalam perspektif yang lebih terang, hal ini menunjukkan betapa visionernya Shiddiq Amien sejak masih muda.

Shiddiq Amien mampu untuk terbang melampaui paradigma pendidikan pesantren yang berlangsung selama berpuluh tahun. Beliau kemudian menuruti minat dan bakatnya dalam hal pendidikan, meskipun berbeda dengan tradisis pesantren. Namun, terbukti akhirnya memberikan manfaat yang besar dikemudian hari. Jenjang pendidikannya sebagai sosok Kyai dengan wawasan yang luas. Hal ini bisa kita bayangkan bahwa Shiddiq Amien semasa masih belajar di SMA 1 Tasikmalaya, sudah diberi tugas oleh ayahnya untuk mengajar di pesantren Persis 67. Mata pelajaran yang ia sampaikan adalah Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Dalam kapasitasnya sebagai seorang guru, Shiddiq Amien dalam menyampaikan pelajarannya sangat komunikatif dan gampang untuk dimengerti. Tidak jarang diantara para santri merasa rugi dan kehilangan jika suatu saat beliau tidak bisa mengajar. Kehadirannya sangat dinantikan oleh para santri.