Tanya : Assalamu'alaikum, pak ustadz Abu yang saya hormati, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan : 1). Mengapa iddah itu ada dipihak perempuan? 2). Jika iddah untuk mengetahui adanya janin, bukankah sekarang bisa diperiksa dengan alat yang canggih? 3). Hikmah apa sebenarnya dibalik adanya iddah bagi istri itu? MG Jawa Timur
Jawab :
Wa'alaikumussalam, Secara bahasa, iddah berasal dari kata ’adad
(bilangan dan ihshaak/perhitungan). Sedangkan menurut istilah, sebagian
ulama mendefinisikan, kata iddah ialah sebutan/nama bagi suatu masa di mana
seorang wanita menanti atau menangguhkan perkawinan setelah ia
ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah ditalaq baik dengan menunggu
kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya
beberapa bulan yang sudah ditentukan.
Iddah bagi istri itu tidak
sama, tergantung sesuatu yang terjadi pada wanita itu. Jika istri itu ditinggal
mati oleh suaminya, maka iddahnya 4 bulan 10 hari. Firman Allah swt :
وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا ۖ فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِي أَنفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاللَّـهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Orang-orang
yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah
para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari.
Kemudian apabila telah habis 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali)
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.(QS.al-Baqarah 234)
Tapi
jika ditinggal oleh suaminya dalam keadaan tidak tentu haidnya atau tidak haid
lagi (monopause), atau keadaan hamil, maka iddahnya sesuai dengan firman-Nya :
وَاللَّائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِن نِّسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللَّائِي لَمْ يَحِضْنَ ۚ وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَن يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ ۚ وَمَن يَتَّقِ اللَّـهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
Dan perempuan-perempuan yang tidak haid
lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang
masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula)
perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu
iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa
yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya. (QS.At-Thalaq
: 4).
Dari
al-Miswar bin Makhramah bahwa, Subai’ah
al-Aslamiyah r.a. pernah melahirkan dan bernifas setelah beberapa malam
kematian suaminya. Lalu ia, mendatangi Nabi saw lantas meminta idzin kepada
Beliau untuk kawin (lagi). Kemudian Beliau mengizinkannya, lalu ia segera
menikah (lagi).
(Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari IX:470 no:5320 dan Muslim II:1122 no:1485).
Sedangkan
istri yang ditalaq suaminya dan belum dicampuri oleh suaminya, maka tidak ada
iddah baginya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِن قَبْلِ أَن تَمَسُّوهُنَّ فَمَا لَكُمْ عَلَيْهِنَّ مِنْ عِدَّةٍ تَعْتَدُّونَهَا ۖ فَمَتِّعُوهُنَّ وَسَرِّحُوهُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا
Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang
beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka
sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan
cara yang sebaik-baiknya.(QS.Al-Ahzab 49)
وَإِن طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِن قَبْلِ أَن تَمَسُّوهُنَّ وَقَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ إِلَّا أَن يَعْفُونَ أَوْ يَعْفُوَ الَّذِي بِيَدِهِ عُقْدَةُ النِّكَاحِ ۚ وَأَن تَعْفُوا أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۚ وَلَا تَنسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّـهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Jika
kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal
sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar
yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu memaafkan atau
dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan pemaafan kamu itu lebih
dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Baqarah 237)
Sedangkan
bagi istri yang ditalaq suaminya dalam keadaan hamil, maka iddahnya sampai
melahirkan (QS.AtThalaq 4).
Dari
az-Zubair bin al-Awwam r.a. bahwa ia mempunyai isteri bernama Ummu
Kultsum bin ’Uqbah radhiyallahu ’anha. Kemudian Ummu Kultsum yang sedang hamil
berkata kepadanya, ”Tenanglah jiwaku (dengan dijatuhi talak satu).” Maka
az-Zubir pun menjatuhkan padanya talak satu. Lalu dia keluar pergi mengerjakan
shalat, sekembalinya (dari shalat) ternyata isterinya sudah melahirkan.
Kemudian az-Zubir berkata: ”Gerangan apakah yang menyebabkan ia menipuku,
semoga Allah menipunya (juga).” Kemudian dia datang kepada Nabi saw lalu beliau
bersabda kepadanya, ”Kitabullah sudah menetapkan waktunya; lamarlah (lagi) dia
kepada dirinya.(sebab ia sudah habis masa iddahnya)” (Shahih: Shahih Ibnu
Majah no:1546 dan Ibnu Majah I:653 no:2026).
Jika
wanita yang dijatuhi talak termasuk perempuan yang masih berhaidh secara normal,
maka masa iddahnya tiga kali haidh berdasarkan Firman Allah SWT:
وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ ۚ وَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ أَن يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللَّـهُ فِي أَرْحَامِهِنَّ إِن كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِي ذَٰلِكَ إِنْ أَرَادُوا إِصْلَاحًا ۚ وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَاللَّـهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Wanita-wanita
yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh
mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka
beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya
dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para
wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Baqarah :228).
Iddah
bukan hanya sebatas mengetahui janin yang ada dalam rahim perempuan yang
ditinggal atau ditalaq suaminya. Iddah adalah sebuah ketentuan Allah swt, yang
secara hukum harus dijalankan. Namun hikmahnya bisa saja hal ini dijadikan
waktu yang tepat bagi seorang suami untuk berpikir apakah ada waktu untuk
kembali. Atau juga si istri berpikir manakala suami minta kembali kepadanya.
Dan pihak ketiga yang berkepentingan untuk mendamaikan, atau memberi
nasihat/saran agar rumah tangganya kembali normal. Jika hal itu pun bukan yang
dimaksud, tentu masa iddah ini menjadi momen penting untuk mempersiapkan diri
dengan status yang baru (janda).
Diluar
hal itu tentunya iddah adalah bagian dari ta'abbudi dan syariat
yang mesti dijalankan. Dan Allah swt tidak semata-mata menurunkan sebuah
syariat, jika tidak ada kemaslahatan hamba yang menjalankannya. Allohu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar