Tanya : Assalamu’alaikum... pak Ustadz bagaiman cara menghadirkan khusyu dalam shalat itu? Wassalam ... IFF Rembang
Jawab
: Wa’alaikum
salam ... Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: "Sholatlah
kalian sebagaimana kalian melihatku shalat,... (HR. Al-Bukhari no.
628, 7246 dan Muslim no. 1533)
Maka
dari hal tersebut sebagai yang mendasari terjadi kekhusyuan dalam sholat adalah
kemampuan kita mengamalkan tata cara sholat yang sesuai dan dicontohkan oleh
Nabi. Karena akan salah kaprah jika orang itu mengaku khusyu’ namun ia sholat
tidak sesuai tata cara sholat yang diajarkan Rasulullah. Maka khusyu’ akan
terkondisikan yang timbul setelah kondisi pertama terpenuhi yaitu persyaratan
tata cara sholat kita telah sesuai dengan Nabi. Maka niscaya Allah akan
memenuhi hati kita dengan rasa khusyu’ sesungguhnya
Menurut
Hujjatul-Islam Imam al-Ghazali (Ihya Ulumi al-dien) bahwa ada beberapa hal
untuk menghadirkan khusyu di dalam shalat, diantaranya :
Pertama,
"Hudhur al-Qalbi" (حضور القلب);
yaitu menghadirkan hati kita ketika shalat yaitu dengan membuang dari hati
segala yang tidak ada kaitannya dengan shalat kita. Maksudnya
supaya hati itu dikosongkan dari segala sesuatu yang tidak ada hubungannya
dengan amalan yang sedang dikerjakan, jangan sampai hatinya mengatakan sesuatu
yang tidak ada hubungannya dengan ibadah shalat.
Di
dalam Syarah Ihya, jilid 2 hal 115 dijelaskan,
“Tiap-tiap
shalat yang tak hadir hati di dalamnya, maka orang yang shalat itu lebih cepat
memperoleh siksa”.
“Barangsiapa
tiada khusyu’ dalam shalatnya, rusaklah shalatnya”.
(Syarah Ihya, 2 : 115)
Kedua,
"at-Tafahhum" (التفهم),
yaitu berusaha memahami yaitu melakukan usaha untuk memahami segala hal yang
dilakukan di dalam shalat
baik itu yang ada kaitannya dengan gerakan shalat maupun bacaanya.
Ketiga,
"at-Ta’dziem" (التعظيم);
yaitu merasakan kebesaran Allah yaitu dengan merasakan diri tidak ada
artinya di
hadapan Allah.
Keempat, "ar-Raja’" (الرجاء); yaitu selalu menaruh harapan besar kepada Allah.
Kelima,
"al-Haya" (الحياء);
yaitu rasa malu terhadap Allah. Perasaan
malu ini timbul karena masih adanya di dalam dirinya kurang sempurna ketika
mengerjakan segala perintah Allah dan merasa masih banyak dosa-dosa dalam
dirinya.
Perasaan
malu akan menjadi kuat, bila sudah ada pengenalan mengenai kekurangan diri
sendiri, dan merasa sedikit ikhlasnya. Kecuali itu disadari pula, Allah
itu Maha Mengetahui segala rahasia dan semua yang terlintas di dalam hati,
sekalipun kecil dan tidak terlihat. Pengetahuan semacam ini apabila telah
diperoleh dengan seyakin-yakinnya, maka dengan sendirinya akan timbul pulalah
semua hal yang dinamakan perasaan malu terhadap Allah.
Rasulullah SAW bersabda :
“Malulah
kamu kepada Allah dengan sebenar-benar malu”. (HR. At-Tirmizi). Allohu
A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar