KEL.BESAR ABU ALIFA

KEL.BESAR ABU ALIFA

Kamis, 26 Februari 2015

BERCAMPUR SAAT ISTRI SEDANG HAMIL





Tanya  : Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh ... kami sekeluarga di Kuningan mendo'akan semoga ustadz Abu Alifa diberi kesehatan. Maaf ustadz, saya mendapatkan nasihat dari beberapa "sepuh" bahwa jangan melakukan hubungan badan di 3bulan kehamilan saya, yang jadi alasannya karena kebetulan hamil saya yang pertama dikhawatirkan terjadi keguguran. Sebenarnya dalam Islam itu bagaimana mengenai hal ini ustadz. Syukran TR Kuningan

Jawab : Wa'alaikumussalam wa rahmatullahi- wabaraokatuh ... Aamiin! Pada dasarnya tidak ada larangan dalam Islam suami istri melakukan hubungan (bercampur) saat istri hamil.Yang dilarang melakukan hubungan suami istri adalah manakala istri sedang dalam kondisi haidh atau nifas. Sekalipun kapan saja termasuk dalam kondisi hamil dibenarkan berhubungan, maka tentu kita (terutama suami) harus melihat kondisi sang istri diantaranya kesehatannya. Baik kesehatan istri maupun yang dikandungnya atau akibatnya. Apalagi jika menurut pemeriksaan ahli berhubungan itu akan mengakibatkan keberlangsungan janin.

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
 
"...Dan para istri memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf" (QS. Al-Baqarah: 228)

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
"...Dan bergaullah kalian (para suami) dengan mereka (para istri) secara patut". (An-Nisa`: 19)
إِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا.

"Sesungguhnya pada isterimu mempunyai hak yang wajib engkau tunaikan" (Shahiih al-Bukhari dari Abdullah bin Amr bin al-Ash)

عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي .أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ.

Dari ummul-mukminin Aisyah rhadiyallahu anha berkata. Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarga (istri)nya. Dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian terhadap keluarga (istri)ku". (HR.Tirmidzi)

Sebaiknya konsultasikan dengan ahlinya jika ibu merasa khawatir dengan kondisi janin yang ada didalam rahim saat berhubungan. Hal tersebut untuk meyakinkan ibu, apakah akan ada efek samping jika melakukan hubungan dengan suami. Akan tetapi pada dasarnya dalam Islam tidak ada larangan melakukan hubungan (bercampur) dalam kondisi istri sedang hamil. Allohu A'lam

Rabu, 25 Februari 2015

MENGANGKAT IMAM DIANTARA MAKMUM YANG MASBUK




DEWAH HISBAH PERSATUAN ISLAM
Pada Sidang Dewan Hisbah VI
Di PC Persis Lembang, 15  Sya'ban  1425 H
                                29 Sepetember  2004 M

Tentang :
"MENGANGKAT IMAM DIANTARA MAKMUM YANG MASBUK"
بسم الله الرحمن الرحيم

Dewan Hisbah Persatuan Islam setelah :

MENGINGAT :

1. Hadis-hadis tentang keutamaan berjamaah

عن عبد الله بن مسعود قال: إذا كنتم ثلا ثة فصلوا جميعا فليؤمكم أحدكم

Dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Apabila kalian bertiga, salatlah secara berjamaah, hendaklah salah seorang diantara kalian jadi imam". H.r. Ahmad, Muslim, an-Nasa'i

عن ابن عمر قال: قال رسول الله ص م صلاة الجماعة تفضل صلاة الفذ بسبع و عشرين درجة

Dari Ibnu Umar, ia berkata, "Rasulullah saw.bersabda, "Salat berjama'ah itu mengungguli salat (menyendiri pent. Abu Alifa) dengan 27 derajat". Mutafaq Alaih

2. Hadis-hadis tentang makmum beralih menjadi imam

عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ لَمَّا ثَقُلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم جَاءَ بِلاَلٌ يُؤْذِنُهُ بِالصَّلاَةِ فَقَالَ ‏"‏ مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ ‏"‏ ‏.‏ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا بَكْرٍ رَجُلٌ أَسِيفٌ إِنَّهُ مَتَى يَقُمْ مَقَامَكَ لاَ يُسْمِعِ النَّاسَ فَلَوْ أَمَرْتَ عُمَرَ ‏.‏ فَقَالَ ‏"‏ مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ ‏"‏ ‏.‏ قَالَتْ فَقُلْتُ لِحَفْصَةَ قُولِي لَهُ إِنَّ أَبَا بَكْرٍ رَجُلٌ أَسِيفٌ وَإِنَّهُ مَتَى يَقُمْ مَقَامَكَ لاَ يُسْمِعِ النَّاسَ فَلَوْ أَمَرْتَ عُمَرَ ‏.‏ فَقَالَتْ لَهُ ‏.‏ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ إِنَّكُنَّ لأَنْتُنَّ صَوَاحِبُ يُوسُفَ ‏.‏ مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ ‏"‏ ‏.‏ قَالَتْ فَأَمَرُوا أَبَا بَكْرٍ يُصَلِّي بِالنَّاسِ - قَالَتْ - فَلَمَّا دَخَلَ فِي الصَّلاَةِ وَجَدَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ نَفْسِهِ خِفَّةً فَقَامَ يُهَادَى بَيْنَ رَجُلَيْنِ وَرِجْلاَهُ تَخُطَّانِ فِي الأَرْضِ - قَالَتْ - فَلَمَّا دَخَلَ الْمَسْجِدَ سَمِعَ أَبُو بَكْرٍ حِسَّهُ ذَهَبَ يَتَأَخَّرُ فَأَوْمَأَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قُمْ مَكَانَكَ ‏.‏ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم حَتَّى جَلَسَ عَنْ يَسَارِ أَبِي بَكْرٍ - قَالَتْ - فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي بِالنَّاسِ جَالِسًا وَأَبُو بَكْرٍ قَائِمًا يَقْتَدِي أَبُو بَكْرٍ بِصَلاَةِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَيَقْتَدِي النَّاسُ بِصَلاَةِ أَبِي بَكْرٍ

Dari Aisyah, ia mengatakan, "Ketika Rasulullah sakitnya semakin berat, Bilal datang memberitahu salat kepada beliau, beliau bersabda, suruh oleh kalian Abu Bakar untuk mengimami jamaah. Aisyah berkata, Wahai Rasulullah sesungguhnya Abu Bakar itu seorang yang mudah menangis, bahwa ia apabila berdiri ditempat anda mengimami, suaranya tidak akan terdengar. Bagaimana kalau anda suruh Umar saja. beliau bersabda, suruh oleh kalian Abu Bakar untuk mengimami jamaah. Aisyah berkata, Aku berkata kepada Hafshah, Katakanlah olehmu bahwa Abu Bakar itu seorang yang mudah menangis, bahwa ia apabila berdiri ditempat anda mengimami, suaranya tidak akan terdengar. Bagaimana kalau anda suruh Umar saja. Maka ketika oleh Hafshah dikatakan kepada Rasulullah saw, beliau bersabda, Sesungguhnya kalian ini kawan-kawan Nabi Yusuf, Suruh oleh kalian Abu Bakar untuk mengimami jamaah, ia berkata lagi. Maka Abu Bakar mengimami jamaah. Dan tatkala ia telah mulai mengimami, Rasulullah merasa sakitnya sedikit ringan, beliau berdiri dengan kedua kaki digusur dan berjalan dipapah oleh dua orang, maka ketika Rasulullah saw masuk mesjid Abu Bakar merasakan kehadiran beliau, ia berusaha akan mundur, tetapi Rasulullah saw berisyarat dengan tangan beliau agar tetap ditempat. Maka datanglah Rasulullah sa. dan berdiri disebelah kiri Abu Bakar. Maka Rasulullah salat sambil duduk dan Abu Bakar sambil berdiri, Abu Bakar mengikuti salat Nabi dan jamaah mengikuti salat Abu Bakar". H.r. Muslim

3. Hadis tentang Rasulullah saw pernah masbuq bersama al-Mughirah bin Syu'bah

عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ تَخَلَّفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَخَلَّفْتُ مَعَهُ... ثُمَّ رَكِبَ وَرَكِبْتُ فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَوْمِ وَقَدْ قَامُوا فِي الصَّلَاةِ يُصَلِّي بِهِمْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ وَقَدْ رَكَعَ بِهِمْ رَكْعَةً فَلَمَّا أَحَسَّ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَهَبَ يَتَأَخَّرُ فَأَوْمَأَ إِلَيْهِ فَصَلَّى بِهِمْ فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقُمْتُ فَرَكَعْنَا الرَّكْعَةَ الَّتِي سَبَقَتْنَا

Dari al-Mughirah bin Syu'bah, ia berkata, "Rasulullah saw ketinggalan demikian juga aku... kemudian beliau menaiki kendaraannya dan akupun berkendaraan bersamanya. Maka kami sampai kepada orang-orang, ternyata mereka sedang melaksanakan salat dan Abdurrahman bin Auf yang mengimami mereka, dan telah salat satu rakaat. Maka tatkala Abdurahman bin Auf merasa bahwa Nabi datang ia bermaksud untuk mundur, tetapi Nabi berisyarat agar Abdurahman bin Auf tetap memngimami mereka. Tatkala Abdurahman bin Auf (dengan jamaah) salam (selesai dari salatnya), Nabi saw berdiri dan akupun berdiri, lalu KAMI melaksanakan yang ketinggalan itu". H.r. Muslim

MENDENGAR :

1. Sambutan dan pengarahan dari ketua Dewan Hisbah KH.A.Syuhada
2. Makalah dan pembahasan yang disampaikan oleh H.Wawan Shofwan
3. Pembahasan dan penilaian dari anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut diatas

MENIMBANG :

1. Keutamaan shalat berjama'ah telah disepakati, karena telah ditetapkan didalam berbagai hadis
2. Makmum beralih menjadi imam pernah dialami oleh Nabi saw. ketika beliau bermakmum kepada Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar tidak sanggup mengimami Rasulullah saw. akhirnya beliau menjadi imam
3. Rasulullah saw pernah masbuq bersama al-Mughirah bin Syu'bah
4. Perlu adanya kejelasan tentang kedudukan imam diantara makmum yang masbuk

MENGISTINBATH :

Berjamaah diantara makmum yang masbuk itu lebih utama

Demikian keputusan Dewan Hisbah mengenai masalah tersebut dengan makalah terlampir.

الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير للإسلام و المسلمين

Bandung, 15   Sya'ban     1425 H
                29 September 2004 M


DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM

Ketua                                           Sekretaris

KH.Akhyar Syuhada               DR.HM.Abdurrahman MA
 NIAT : 1632                           NIAT : 7070

Selasa, 24 Februari 2015

KELUAR DARI MINA MENUJU ARAFAH TENGAH MALAM DAN SHALAT SUBUH DI ARAFAH





DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Pada Sidang Dewan Hisbah Lengkap
Di Gedung Haji Qanul Manazil, Ciganitri Bandung,
25 Rabi'ul Awwal 1433 H
18 Februari       2012 M

Tentang:
"KELUAR DARI MINA MENUJU ARAFAH TENGAH MALAM DAN SHALAT SUBUH DI ARAFAH"
بسم الله الرحمن الرحيم

Dewan Hisbah Persatuan Islam setelah:

MENGINGAT: 

1.Nabi Saw., masuk Mina pada hari Tarwiyah

....فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ تَوَجَّهُوا إِلَى مِنًى فَأَهَلُّوا بِالْحَجِّ وَرَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَصَلَّى بِهَا الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ

….Ketika hari tarwiyah mereka(bersama Nabi) pergi menuju Mina, mereka ber ihram untuk haji kemudian rasulullah Saw., naik kendaraan, kemudian shalat zhuhur, ‘ashar,maghrib, Isya dan subuh.(H.R Muslim,1:511)

2.Nabi Saw., pergi dari Mina ke Arofah pagi hari setelah terbit matahari.

...ثُمَّ مَكَثَ قَلِيلاً حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ وَأَمَرَ بِقُبَّةٍ مِنْ شَعَرٍ تُضْرَبُ لَهُ بِنَمِرَةَ فَسَارَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلاَ تَشُكُّ قُرَيْشٌ إِلاَّ أَنَّهُ وَاقِفٌ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ كَمَا كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصْنَعُ فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَأَجَازَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ فَوَجَدَ الْقُبَّةَ قَدْ ضُرِبَتْ لَهُ بِنَمِرَةَ فَنَزَلَ بِهَا

....kemudian Nabi Saw., tinggal sebentar sampai terbit matahari, Nabi saw memerintahkan membuat qubah dari bulu untuknya di Namirah , kemudian Rasulullah Saw., berangakat.Orang Quraisy tidak ragu bahwa Nabi Saw., akan wuquf di Masy’aril Haram sebagaimana orang Quraisy lakukan dijaman jahiliyyah. Kemudian Rasulullah Saw melewatinya sampai tiba di ‘Arofah singgah di Namirah.(H.R Muslim,1:511)
حَتىَّ إِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ أَمَرَ بِالْقَصْوَاءِ فَرُحِلَتْ لَهُ فَأَتَى بَطْنَ الْوَادِى فَخَطَبَ النَّاسَ

"...Sehingga diwaktu tergelincir matahari Nabi Saw., memerintahkan Qashwa (unta NAbi) untuk berangkat, kemudian Nabi Saw., tiba di Bathil Wadhi (lembah) kemudian Nabi Saw., berkhutbah”.(Muslim, 1:511)

فَجَاءَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَنَا مَعَهُ يَوْمَ عَرَفَةَ حِينَ زَالَتْ الشَّمْسُ فَصَاحَ عِنْدَ سَرَادِقِ الْحُجَّاجِ فَخَرَجَ وَعَلَيْهِ مِلْحَفَةٌ مُعَصْفَرَةٌ فَقَالَ مَا لَكَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ؟ فَقَالَ الرَّوَاحَ إِنْ كُنْتَ تُرِيدُ السُّنَّةَ قَالَ هَذِهِ السَّاعَةَ قَالَ نَعَمْ

“Kemudian Ibn Umar datang dan aku bersamanya pada hari ‘arafah disaat tergelincir matahari, maka ia berteriak dari tenda-tenda haji, kemudian ia keluar dengan memakai selimut kuning, kemudian Malik berkata:”Apa itu wahai Abu Abdurrahman?maka ia menjawab:”Pergi jika engkau mau melaksanakan sunnah.”Ia berkata:”Sekarang?”ia menjawab:”Ya!(Q.S Bukhari,1:288).

4.Nabi Saw.,keluar dari ‘Arafah setelah Maghrib.

فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ وَذَهَبَتِ الصُّفْرَةُ قَلِيلاً حَتَّى غَابَ الْقُرْصُ وَأَرْدَفَ أُسَامَةَ خَلْفَهُ وَدَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-

“…Nabi Saw., tidak henti-hentinya wuquf sampai terbenam matahari dan hilang kekuning-kuningan sedikit sampai hilang bulatannya, kemudian Usamah menyertai Nabi Saw.,dibelakangnya lalu Rasulullah berangkat.”(H.R Muslim, 1:512).

5.Nabi Saw., tiba dimuzdalifah kira-kira Isya.

حَتَّى أَتَى الْمُزْدَلِفَةَ فَصَلَّى بِهَا الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ بِأَذَانٍ وَاحِدٍ وَإِقَامَتَيْنِ

“… Sampai Nabi tiba di Muzdalifah kemudian Nabi shalat maghrib dan ‘isya dengan satu kali adzan dan dua kali iqamat.(H.R Muslim, 1:512).

6.Nabi Saw., keluar dari Muzdalifah sebelum terbit matahari;

ثُمَّ اضْطَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ وَصَلَّى الْفَجْرَ - حِينَ تَبَيَّنَ لَهُ الصُّبْحُ - بِأَذَانٍ وَإِقَامَةٍ ثُمَّ رَكِبَ الْقَصْوَاءَ حَتَّى أَتَى الْمَشْعَرَ الْحَرَامَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَدَعَاهُ وَكَبَّرَهُ وَهَلَّلَهُ وَوَحَّدَهُ فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى أَسْفَرَ جِدًّا فَدَفَعَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ

“… kemudian Nabi Saw., berbaring sampai terbit fajar lalu shalat fajar ketika betul-betul tiba waktu shubuh dengan satu adzan dan iqamat, kemudian Nabi naik qashwa hingga tiba di Masy’aril Haram kemudian menghadap qiblat lalu berdoa, bertakbir, bertahlil, dan mengesakan Allah. Maka terus Nabi wuquf (Tinggal di Masy’aril Haram) sampai kekuning-kuningan, kemudian Nabi berangkat sebelum terbit matahari.”(H.R Muslim, 1:512).

7.Nabi tiba di Mina setelah Ifadhah dan Shalat Zhuhur di Mina

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَفَاضَ يَوْمَ النَّحْرِ ثُمَّ رَجَعَ فَصَلَّى الظُّهْرَ بِمِنًى. قَالَ نَافِعٌ فَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُفِيضُ يَوْمَ النَّحْرِ ثُمَّ يَرْجِعُ فَيُصَلِّى الظُّهْرَ بِمِنًى وَيَذْكُرُ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَعَلَهُ.

Dari Ibn Umar.”Sesungguhnya Rasulullah Saw., melakukan Ifadhah pada hai raya ( 10 Dzulhijjah) kemudian kembali (ke Mina)lalu shalat zhuhur dimina. Nafi’ berkata:”Ibn Umar juga melakukan ifadhah pada hari raya kemudian kembali dan shalat zhuhur di Mina, ia menyebutkan bahwa Nabi Saw., melakukan seperti itu.(H.R Muslim, 1:547)

Pada dasarnya kita dituntut untuk melaksanakan sebagaimana yang dilaksanakan oleh NAbi Saw., sebagaimana dalam hadits dinyatakan:
خُذُوْا عَنيِّ مَنَاسِكَكُمْ

“Ambillah dariku peraktek ibadah haji kamu”

Dalam beberapa hal Nabi membenarkan atau memberikan rukhshah (keringanan)kepada mereka yang tidak tepat waktu, seperti keterangan di bawah ini:

1.عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ سَوْدَةَ بِنْتَ زَمْعَةَ كَانَتِ امْرَأَةً ثَبْطَةً.فَاسْتَأْذَنَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَدْفَعَ مِنْ جَمْعٍ قَبْلَ دَفْعَةِ النَّاسِ فَأَذِنَ لَهَا.

Dari Aisyah:”Sesungguhnya Saudah binti Zam’ah adalah istri yang berat/gemuk, kemudian ia meminta izin untuk keluar dari mudzdalifah sebelum orang-orang keluar, maka Nabi Saw mengizinkan-Nya.”(H.R Ibn Majah, 2:1007)

2. عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ يَعْمَرَ : أَنَّ نَاسًا مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ أَتُوْا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِعَرَفَةَ فَسَأَلُوْهُ فَأَمَرَ مُنَادِيًا فَنَادَى: اَلْحَجُّ عَرَفَةٌ. مَنْ جَاءَ لَيْلَةَ جَمْعٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ فَقَدْ أَدْرَكَ الْحَجَّ

Dari Abdirrahman ibn Ya’mar:”Sesungguhnya orang-orang dari Najd datang kepada Rasulullah Saw., sedang beliau di ‘Arafah, maka bertanya kepada Nabi Saw., memerintahkan untuk mengumandangkan: “Haji itu ‘Arafah.” Siapayang datang ke Arafah pada malam Muzdalifah sebelum terbit fajar, maka sungguh ia mendapatkan haji (Sah hajinya).” (H.R Tirmidzi; Tuhfah al-Ahwadzi, 3:633)

3. عَنْ عُرْوَةَ بْنِ مُضَرِّسٍ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم بِالْمُزْدَلِفَةِ حِيْنَ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّي جِئْتُ مِنْ جَبَليْ طَيِّءٍ. أَكَلْلتُ رَاحَتِي وَأَتَّعَبْتُ نَفْسِي وَاللهِ ! مَا تَرَكْتُ مِنْ جَبَلٍ إِلاَّ وَقَفْتُ عَلَيْهِ فَهَلْ لِي مِنْ حَجٍّ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَهِدَ صَلاَتَنَا هذِهِ وَوَقَفَ مَعَنَا حَتَّى نَدْفَعَ وَقَدْ وَقَفَ بِعَرَفَةَ قَبْلَ ذاَلِكَ لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَقَدْ تَمَّ حَجُّهُ وَقَضَى تَفَثَهُ .

Dari Urwah bin mudharris, ia berkata:”Aku dating kepada Rasulullah Saw., di Muzdalifah ketika Nabi Saw., keluar untuk shalat, aku bertanya: Aku melewati dua gunung thayyi, kendaraanku lelah dan aku pun cape, demi Allah tidak aku tinggalkan satu gunung kecuali aku berhenti dulu, apakah haji saya sah? RAsulullah Saw., menjawab:”Barangsiapa yang menyaksikan shalatku yang ini, pernah wuquf (tinggal), bersama kami samapi keluar dan sebelumnya pernah wuquf di”Arafah baik siang atau malam, maka sungguh sempurna hajinya dan melaksanakan yang semestinya.”(H.R Tirmidzi)

MEMPERHATIKAN :  

1.  Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH.Usman Sholehuddin
2.  Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP Persis Prof. Dr. KH. M. Abdurrahman, MA.
3.  Makalah dan pembahasan yang disampaikan oleh: KH. Aceng Zakaria
4.  Pembahasan dan penilaian dari anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut di atas

MENIMBANG:


1.  Pelaksanaan manasik haji harus sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
2.  Pelaksanaan ibadah haji terdiri dari rukun, wajib dan sunnat.
3.  Mabit di Mina sebelum wukuf di Arafah sampai shalat subuh hukumnya sunnat, dan mabit pada sebagian malamnya sah.
4.  Pada pelaksanaannya sering kali dihadapkan pada kendala.
5.  Keluar dari Mina menuju Arafah tengah malam karena suatu hambatan yang tidak bisa dihindari, sering terjadi.
6.  Melaksanakan ibadah haji harus diupayakan secara maksimal agar rukun, wajib dan sunnatnya dapat terpenuhi.
7.  Perlu kejelasan hukum mengenai keluar dari mina waktu malam hari dan shalat shubuh tanggal 9 Dzulhijjah di Arafah.

Dengan demikian Dewan Hisbah Persatuan Islam

MENGISTINBATH :

Keluar dari Mina menuju ‘Arafah pada waktu tengah malam dan shalat shubuh di Arofah karena suatu halangan, ibadah hajinya sah.  

Demikian keputusan Dewan Hisbah mengenai masalah tersebut dengan  makalah terlampir.

الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير للإسلام و المسلمين

Bandung,  25 Rabi'ul Awwal 1433 H   
                18 Februari 2012 M 

DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
        
   Ketua                                             Sekretaris
KH. USMAN SHOLEHUDDIN     KH. ZAE NANDANG
NIAT:  05536                               NIAT: 13511