KEL.BESAR ABU ALIFA

KEL.BESAR ABU ALIFA

Selasa, 30 Juni 2015

ANTARA SHAUM (QADHA) RAMADHAN DAN SYAWAL




Tanya : Assalamu’alaikum … pak ustadz, banyak  dari para mubaligh yang menerangkan keutamaan puasa sunat yaitu enam hari dibulan syawal. Tapi begini ustadz, saya mempunyai hutang puasa yang mesti saya qodha karena halangan yang ada pada perempuan. Terus apakah saya mesti mengqadha puasa ramadhan dahulu atau puasa syawal dahulu. Wassalam IKH

Jawab : Wa’alaikumussalam … jika ibu ada tunggakan hutang shaum ramadhan, maka tentu ibu belum sepenuhnya melaksanakan shaum ramadhan tersebut. Padahal shaum enam hari dibulan syawal itu tidak berdiri sendiri, akan tetapi dikaitkan dengan kewajiban shaum di bulan ramadhan. Hal inilah yang sering kurang cermat dalam memaknai hadits. Bahkan sering kita mendengar bahwa “shaum sunat enam hari dibulan syawal sama dengan shaum kita setahun”, ini keliru. Coba perhatikan haditsnya :

عن أبى أيوب الأنصارى - رضى الله عنه - أنه حدثه أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال « من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر ».  مسلم (7/334) 

Dari Abi Ayyub al-Anshary radhiyallahu anhu sesungguhnya beliau memberitakan bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Siapa yang puasa ramadhan lalu diikuti dengan enam hari (puasa) dibulan syawal, maka keadaannya seolah sudah berpuasa setahun (HR.Muslim)

Ini menurut hemat kami bahwa shaum enam hari dibulan syawal itu merupakan pelengkap jika ingin pahalanya seperti shaum setahun. Kalaupun tidak sempat puasa syawal karena mengqadha ramadhan, maka keutamaan sepuluh bulan sudah diraih. Intinya shaum sebulan itu sama dengan sepuluh bulan, dan shaum sunat 6 hari dibulan syawal sama dengan 60 hari (2 bulan). Jadi jika shaum ramadhan masih berhutang, maka tentu kita belum sepenuhnya melaksanakan shaum dibulan ramadhan, karena hutangnya belum dibayar. Allohu A'lam

Senin, 29 Juni 2015

SAHKAH SHALAT MALAM "SUPER CEPAT"



Ini merupakan jawaban atas beberapa inbox yang bertanya, tentang kejadian yang berulang mengenai shalat malam (tarawih) 23 rakaat dalam waktu kurang dari 10 menit.

SHALAT TERCEPAT? BAGAIMANA DENGAN BEBERAPA HADITS DIBAWAH INI?

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ شِبْلٍ قَالَ : " نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَقْرَةِ الْغُرَابِ ، وَافْتِرَاشِ السَّبْعِ ، وَأَنْ يُوَطِّنَ الرَّجُلُ الْمَكَانَ فِي الْمَسْجِدِ كَمَا يُوَطِّنُ الْبَعِ. أحمد (3/428) ، وأبو داود (862)

Dari Abdirrahman bin Syibl berkata Rasulullah saw telah melarang (shalat seperti) gagak mematuk makanan , dan melarang seperti binatang buas yang mau menerkam (keduanya biasanya saat sujud), dan melarang mengambil tempat khusus (tidak mau beranjak) seperti halnya onta yang mengambil lokasi khusus. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّه عَنْهُ أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: " إذا قُمْتَ إلَى الصَّلاةِ فَأَسْبغِ الوُضُوءَ، ثم أسْتَقْبِلِ القِبْلَةَ، فَكَبِّرْ، ثم أقْرَأْ ما تَيَسَّرَ مَعَك مِنَ القرآن، ثم ارْكَعْ حتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعاً، ثم أرْفَعْ حتَّى تَعْتَدِلَ قائماً، ثم أسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ ساجداً، ثم أرْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جالساً، ثم أسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ ساجداً، ثُمَّ أفْعَلْ ذلك في صَلاَتِكَ كلِّها". (أخرجه السبعة. واللفظ للبخاري. ولابن ماجه "حتى تطمئن قائما")

Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi saw telah bersabda: Jika kamu hendak berdiri shalat , maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap ke kiblat, lalu takbir kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Qur`an, kemudian ruku`lah hingga tumaninah rukunya, kemudian bangkitlah hingga engkau lurus berdiri, kemudian sujudlah hingga tumaninah sujud, kemudian bangkitlah hingga engkau tumaninah duduk, kemudian sujudlah hingga tumaninah sujud, lalu lakukan yang demikian dalam shalatmu semuanya. (Dikeluarkan oleh Tujuh, lafadz in versi Bukhari). Dalam riwayat Ibnu Majah "hingga tumaninah berdiri".

عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَمِّهِ، وَكَانَ بَدْرِيًّا قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ، فَدَخَلَ رَجُلٌ، فَصَلَّى فِي نَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ، فَجَعَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْمُقُهُ، ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ فَرَدَّ عَلَيْهِ وَقَالَ: " ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ " فَرَجَعَ فَصَلَّىَ، ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ فَرَدَّ عَلَيْهِ وَقَالَ: " ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ " قَالَ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، فَقَالَ لَهُ فِي الثَّالِثَةِ أَوْ فِي الرَّابِعَةِ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ، لَقَدْ أَجْهَدْتُ نَفْسِي، فَعَلِّمْنِي وَأَرِنِي، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِذَا أَرَدْتَ أَنْ تُصَلِّيَ فَتَوَضَّأْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ، ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ، ثُمَّ كَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ قُمْ، فَإِذَا أَتْمَمْتَ صَلَاتَكَ عَلَى هَذَا فَقَدْ أَتْمَمْتَهَا، وَمَا انْتَقَصْتَ مِنْ هَذَا مِنْ شَيْءٍ، فَإِنَّمَا تُنْقِصُهُ مِنْ صَلَاتِكَ (رواه احمد)

Dari Ali bin Yahya bin Khallad dari bapaknya dari pamannya dan ia adalah "ahli Badr" (ikut perang badr), ia berkata; Kami pernah bersama Rasulullah saw berada di dalam Masjid. Kemudian masuklah seorang laki-laki dan shalat di salah satu penjuru Masjid. Maka Rasulullah saw memandangnya sepintas. Kemudian laki-laki itu pun mendatangi beliau dan mengucapkan salam. beliaupun memjawab salamnya dan bersabda: "Ulangi shalat kamu, karena sesungguhnya kamu belum shalat." Beliau mengulanginya sebanyak dua atau tiga kali. Maka laki-laki itu pun berkata pada kali yang ketiga atau yang keempat, "Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, sungguh, saya telah berusaha sekuat kemampuan. Karena itu, ajari dan tunjukkanlah (shalat yang benar) padaku." Maka Nabi saw bersabda: "Jika kamu hendak shalat, maka berwudlu dan sempurnakanlah wudlumu. Kemudian kamu menghadap kiblat dan bertakbir lalu bacalah (sesuatu dari ayat Al Qur`an). Setelah itu, ruku'lah, sampai kamu tumaninah ruku'. Kemudian angkatlah kepalamu, hingga tumaninah berdiri. Dan sujudlah sampai tumaninah sujudmu, kemudian bangkitlah sampai tumaninah dudukmu. Kemudian kamu sujud lagi, sampai tumninah sujudmu, lalu berdirilah. Jika kamu menyempurnakan shalatmu seperti ini, maka sungguh, kamu telah menyempurnakannya, dan jika kamu mengurangi sedikit darinya, maka sesungguhnya kamu mengurangi shalatmu. (HR.Ahmad)

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ رَافِعٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ " رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ

"...Dari Abi Hurairah berkata. Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak sedikit yang berpuasa, tapi tidak mendaptkan nilai puasanya kecuali hanya (tahan) lapar. Dan tidak sedikit yang bangun (shalat malam/tarawih), tapi tdk mendapatkan nilai dari shalatnya kecuali hanya (kuat) terjaga. (Ibnu Majah)

Kesimpulan :
Termasuk tidak sempurna bahkan tidak sah bagi siapa saja yang mengurangi rukun shalat termasuk tumaninah dalam berdiri, sujud, duduk diantara dua sujud dan bacaan shalat. Allohu A'lam

Sabtu, 20 Juni 2015

SHALAT MALAMNYA NABI SAW



A. FORMASI SHALAT MALAM

1. Formasi 4-4-3

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِالرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهَا كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - فِي رَمَضَانَ؟ فَقَالَتْ: مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي أَرْبَعاً، فَلاَ تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعاً، فَلاَ تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثاً. متفق عليه

Dari Abi Salamah bin Abdirrahman, sesungguhnya ia pernah bertanya kepada Aisyah ra Bagaimanakah shalat (malam) Rasulullah dibulan ramadhan? Beliau menjawab. Tidaklah keadaan Rasulullah saw itu menambah shalat malam dibulan ramadhan dan juga bulan2 lainnya atas 11 rakaat. Beliau shalat 4 rakaat, jangan kau tanya tentang bagusnya dan panjangnya (shalat). Kemudian shalat 4 rakaat, jangan kau tanya tentang bagus dan panjangnya, lalu shalat 3 rakaat. (HR.Bukhary Muslim)

2. Formasi 2-2-2-2-2-1

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْها زَوْجِ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاةِ العِشَاءِ (وَهِيَ الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ العَتَمَةَ) إِلَى الفَجْرِ، إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ، وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ. أخرجه مسلم

Dari Aisyah ra istri Nabi saw berkata, Keadaan Nabi saw pernah shalat setelah selesainya dari shalat Isya (shalat malam tentu termasuk tarawih) - shalat itu sering manusia menyebutnya Atamah - sampai menjelang fajr 11 rakaat, dan beliau salam pada setiap dua rakaat, dan mengganjilkan (witir) satu rakaat (HR. Muslim)

3. Formasi 9-2

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْها أنَّها سُئِلتْ عَنْ وِتْرِ رَسُولِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَتْ: ...، فَيَتَسَوَّكُ وَيَتَوَضَّأُ وَيُصَلِّي تِسْعَ رَكَعَاتٍ، لا يَجْلِسُ فِيهَا إِلا فِي الثَّامِنَةِ، فَيَذْكُرُ اللهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ، ثُمَّ يَنْهَضُ وَلا يُسَلِّمُ، ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّ التَّاسِعَةَ، ثُمَّ يَقْعُدُ فَيَذْكُرُ اللهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ، ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيماً يُسْمِعُنَا. ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ... وَتِلْكَ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً  أخرجه مسلم

Dari Aisyah ra. sesungguhnya ia pernah ditanya tentang witirnya (shalat malamnya) rasulullah saw, ia menjawab ..."beliau bersyiwak lalu wudhu dan shalat 9 rakaat, tidak ada duduk (tahiyat) dalam rakaat itu kecuali di rakaat yang ke 8, beliau berdzikir dan memuji Allah dan memohon (bacaan tahiyat), kemudian slesai (tahiyat) beliau tidak salam lalu beliau berdiri untuk yang ke 9 rakaatnya, lalu beliau duduk berdzikir, memuji dan memohon kepadaNYa (bacaan tahiyat) lalu beliau salam dan memperdengarkan salam itu (jahar), Kemudian beliau shalat (lagi) 2 rakaat ... maka jumlahnya menjadi 11 rakaa.  (HR. Muslim)

4. Formasi 2-2-2-2-3

عَنْ عَامِرٍ الشَّعْبِيِّ قَالَ سَأَلْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَبَّاسٍ وَعَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ عَنْ صَلاَةِ رَسُولِ اللهِ بِاللَّيْلِ فَقَالاَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنْهَا ثَمَانٍ وَيُوتِرُ بِثَلاَثٍ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْفَجْرِ  رواه ابن ماجة

Dari Amir as-Syi'bi, ia berkata, Saya pernah bertanya kepada Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar ra. mengenai salat malamnya Rasulullah saw., maka keduanya berkata, Salat Rasulullah pada malam hari tiga belas rakaat, antara lain delapan rakaat dan witir tiga rakaat, dan dua rakaat setelah fajar” (H.R. Ibnu Majah)

Bersambung ....!

Sabtu, 13 Juni 2015

SUNNAH SELESAI ADZAN

Tanya  : Assalamu'alaikum warahmattullahi wa barakatuh ... ustadz Abu Alifa tolong perinciannya mengenai hal yang berkaitan selesai adzan atau kita mendengar adzan! Syukran ...!
Jawab  : Wa'alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh ... Akhi Muhlis, ada beberapa anjuran yang dikaitkan dengan syariat adzan.
Pertama, ketika kita mendengar adzan yaitu mengikuti lafadz yang dikumandangkan oleh muadzin (yang adzan) kecuali lafadz "hayya 'alas-shalah" dan "hayya 'alal-falah". hal ini disebutkan dalam keterangan.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ "‏ إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ ما يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ ‏"‏‏.‏
"...dari Abu Sa'id Al Khudri, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila kalian mendengar adzan, maka jawablah seperti apa yang diucapkan mu'adzin (yang adzan)." (HR.Bukhary)
حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ، أَخْبَرَنَا أَبُو جَعْفَرٍ، مُحَمَّدُ بْنُ جَهْضَمٍ الثَّقَفِيُّ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ، عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسَافٍ، عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ "‏ إِذَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ‏.‏ فَقَالَ أَحَدُكُمُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ‏.‏ ثُمَّ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ‏.‏ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ‏.‏ قَالَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ‏.‏ ثُمَّ قَالَ حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ ‏.‏ قَالَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ ‏.‏ ثُمَّ قَالَ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ ‏.‏ قَالَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ ‏.‏ ثُمَّ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ‏.‏ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ‏.‏ ثُمَّ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ‏.‏ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ‏.‏ مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ ‏"
"... Jika muadzin mengucapkan Allahu Akbar, kemudian salah seorang diantaramu mengucapkan Allahu Akbar. Kemudian (muadzin) mengucapkan Asyhadu aan-laa ilaha illallah, lalu seorang itu mengucapkan asyhadu...", kemudian muazin mengucapkan Asyhadu anna muhammadan..." lalu seorang itu mengucapkan Asyahu anna muhammadan.... Kemudian muadzin mengucapkan Hayya alas-shalah, lalu salah seorang mengucapkan Laa haula wa laa quwwata illa billah. Kemudian (saat) muadzin mengucapkan Hayya alal-falah, lalu seorang itu mengucapkan Laa haula walaa quwwata illa billah, Kemudian muadzin mengucapkan Allahu Akbar dan ia juga mengucapkan Allahu Akbar. Kemudian muadzin mengucapkan Laa ilaha illallah, ia juga mengucapkan Laa ilaha illallah dari dalam lubuk hatinya maka ia kan masuk surga (HR.Muslim)
Kedua, selesai adzan baik muadzin atau yang mendengar. Dalam hal ini ada beberapa ketentuan dan anjuran, diantaranya :
1. Bershalawat
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ الْمُرَادِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، عَنْ حَيْوَةَ، وَسَعِيدِ بْنِ أَبِي أَيُّوبَ، وَغَيْرِهِمَا، عَنْ كَعْبِ بْنِ عَلْقَمَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏ "‏ إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِي إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِيَ الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ ‏"
"..Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash, sesungguhnya ia penah mendengar Nabi saw bersabda : Jika kalian mendengar muadzin (adzan) maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan (muadzin), kemudian bershalawatlah atasku, sebab siapa yang bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat (memberikan rahamat) padanya sepuluh kali. Kemudian mintalah kepada Allah untukku "al-washilah". Sesungguhnya (washilah) itu merupakan tempat (yang tinggi) didalam surge, yang tidak pantas (ditempati) kecuali bagi hamba dari yang dekat dengan Allah dan aku berharap Akulah yang akan menempatinya. Siapa yang memohon washilah untukku, ia akan mendapat syafaatku (HR.Muslim)
2. Membaca Do'a Washilah. Yaitu do'a yang diajarkan Nabi saw. Yang dimaksud doa'a washilah adalah :
عن جابرِ بنِ عبدِ اللهِ رضي الله عنه قال: قال رسولُ اللهِ صلَّى الله عليه وسلَّمَ: ((مَن قال حِينَ يَسمعُ النِّداءَ: اللهمَّ ربَّ هذه الدعوةِ التامَّةِ، والصَّلاةِ القائمةِ، آتِ محمدًا الوسيلةَ والفضيلةَ، وابعثْه مقامًا محمودًا الذي وعدتَه، حلَّتْ له شَفاعتي يومَ القيامةِ)
"... Siapa yang mendengar adzan lalu mengucapkan "Allahumma rabba hadzihid-da'watit-tammah, was-shalatil-qaimah. Aati Mumammadani-washilata wal-fadhilah, wab'atshu maqamam-mahmudanil-ladzi wa 'adtah".. ia akan menempati syafaatku dihari kiamah" (HR.Muslim)
3. Membaca do'a yaitu :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ، أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ، عَنِ الْحُكَيْمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ الْقُرَشِيِّ، ح وَحَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، عَنِ الْحُكَيْمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ، عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ ‏"‏ مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ الْمُؤَذِّنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا ‏.‏ غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ ‏"‏
"...Dari Sa'ad bin  Abi Waqash. Dari Rasulullah saw ia bersabda : Siapa yang mengucapkan saat mendengar adzan "Asyhadu anlaa ilaaha illa-llh wahdahu laa syarikalah wa anna muhammadan abduhu wa rasuluh radhitu billahi rabban wabimuhammadin rasulan wa bil--islami diinan", maka diampuni baginya dosa (HR.Muslim)
4. Memperbanyak do'a
عن أنسِ بنِ مالكٍ، رضي الله عنه قال: قال رسولُ اللهِ صلَّى الله عليه وسلَّمَ: ((الدُّعاءُ لا يُرَدُّ بين الأذانِ والإقامةِ؛ فادْعوا)
Dari Anas bin Malik ra. berkata : Bersabda Rasulullah saw. Do'a tidak akan tertolak antara adzan dan iqamah, maka berdo'alah kalian (diwaktu itu). (HR.Abu Ya'la, Tirmidzi, Nasa'i)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو ، أَنَّ رَجُلًا ، قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الْمُؤَذِّنِينَ يَفْضُلُونَنَا ، فَقَالَ : رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( قُلْ كَمَا يَقُولُونَ فَإِذَا انْتَهَيْتَ فَسَلْ تُعْطَهْ )
Dari Abdullah bin Amr. Sesungguhnya seseorang telah berkata, wahai Rasulullah sesungguhnya muadzinin (orang2 yg suka adzan) semuanya merupakan yang mendapat keutamaan besar diantara kami. Maka Rasulullah saw bersabda "Ucapkanlah sebagaimana yang muadzinin (orang2 adzan) ucapkan, jika sudah selesai, mintalah (berdo'alah)! pasti akan diberikan (HR.Abu Dawud)
Itulah diantara anjuran yang dikaitkan dengan syari'at adzan. Allohu A'lam

Minggu, 07 Juni 2015

SAHUR BERSAMA BID'AH (?)



Tanya : Assalamu’alaikum… Ustadz Abu Alifa… ditempat kami ada jamaah (bukan keluarga) yang ngajak makan sahur bersama (bukan buka bersama). Apakah hal ini pernah dilakukan oleh Nabi saw? Saya khawatir hal ini menjadi bid’ah! Trim’s Sidoarjo

Jawab :Wa’alaikumussalam … perhatikan pengalaman para shahabat dalam keterangan dibawah ini.

عن أنس بن مالك عن زيد بن ثابت رضي الله عنهما قال { تسحرنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم . ثم قام إلى الصلاة . قال أنس قلت لزيد كم كان بين الأذان والسحور ؟ قال : قدر خمسين آية

Dari Anas bin Malik dan (juga) dari Zaid bin Tsabit ra. Kami pernah sahur BERSAMA Rasulullah saw. Lalu kami berdiri untuk shalat (shubuh). Lalu Anas berkata kepada Zaid: berapa kira-kira jarak antara shalat shubuh dan sahur? Ia menjawab : Seukuran membaca 50 ayat. (HR.Bukhary 1921 dan Muslim 1097)
 

Dengan demikian makan sahur bersama pernah dicontohkan oleh Nabi saw dengan para shahabat. Allohu A’lam