Tanya : Assalamu’alaikum ... Kang Abu Alifa,
apakah dibenarkan kita titip “salam”? Bagaimana jika ada yang titip
salam? Apa pernah hal ini dicontohkan? Dhiyah
Jawab : Wa’alaikumussalam ... ada beberapa dalil menyebutkan tentang masalah yang dek Dhiyah tanyakan.
Diantaranya :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا عَائِشَةُ، هَذَا جِبْرِيْلُ
يَقْرَأُ عَلَيْكِ السَّلاَمَ. قَالَتْ: قُلْتُ: وَعَلَيْهِ السَّلاَمُ
وَرَحْمَةُ اللَّهِ، تَرَى مَا لاَ نَرَى.
Dari Aisyah ra ia berkata: Rasulullah saw pernah berkata: “Wahai
Aisyah, ini ada Jibril, dia titip salam untukmu.” Aisyah berkata: “Aku
jawab, wa ‘alaihissalam wa rahmatullah (semoga keselamatan dan rahmat
Allah tercurah untuknya), engkau dapat melihat apa yang tidak kami
lihat.” (HR. al-Bukhari, no. 2217, Muslim, no. 2447)
عَنْ غَالِبٍ قَالَ: إِنَّا لَجُلُوْسٌ بِبَابِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ
إِذْ جَاءَ رَجُلٌ فَقَالَ: حَدَّثَنِيْ أَبِيْ عَنْ جَدِّيْ قَالَ:
بَعَثَنِيْ أَبِيْ إِلَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ: اِئْتِهِ فَأَقْرِئْهُ السَّلاَمَ. قَالَ: فَأَتَيْتُهُ
فَقُلْتُ: أَبِيْ يُقْرِئُكَ السَّلاَمَ. فَقَالَ: عَلَيْكَ وَعَلَى أَبِيْكَ السَّلاَمَ.
Dari Ghalib rahimahullah ia berkata: Sesungguhnya kami pernah
duduk-duduk di depan pintu (rumah) al-Hasan al-Bashri, tiba-tiba
seseorang datang (kepada kami) dan bercerita: Ayahku bercerita dari
kakekku, ia (kakekku) berkata: Ayahku pernah mengutusku untuk menemui
Rasulullah saw lalu ia berkata: Datangilah beliau dan sampaikan salamku
kepadanya. Ia (kakekku) berkata: Maka aku menemui beliau dan berkata:
Ayahku titip salam untukmu. Maka beliau menjawab: “Wa ‘alaika wa ‘ala
abikassalam (semoga keselamatan tercurah kepadamu dan kepada ayahmu).” (Sunan Abi Dawud, no. 5231)
Dari hadits diatas ada beberapa point yang bisa kita simpulkan :
1. Nabi saw pernah menyampaikan salam (titip salamnya) Jibril yang
dialamatkan kepada Aisyah ra. Dengan begitu bahwa titip salam masyru’.
2.Menjawab salam kepada yang nitip salam bisa sebanding atau lebih sesuai dengan lafadz salam yang masyru’.
Hal ini sesuai dengan firman Allah swt :
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوْهَا.
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau
balaslah penghormatan itu (dengan yang semisalnya). (QS. an-Nisa: 86)
Asy-Syaukani berkata: “Penghormatan di sini adalah ucapan salam, dan makna inilah yang dimaksudkan pada ayat ini.” (Tafsir Fath al-Qadir, surat an-Nisa` ayat 86)
Sedangkan Al-Qurthubi berpendapat bahwa: “Ulama sepakat bahwa memulai salam hukumnya sunnah yang sangat dianjurkan, sedangkan menjawab salam hukumnya wajib.” (Tafsir Fath al-Qadir, surat an-Nisa` ayat 86)
3. Disyariatkan juga menjawab salam bukan hanya kepada juga kepada yang menyampaikannya.
Kesimpulannya menitip salam dan menyampaikan salam serta menjawab salam adalah
masyru' (disyari'atkan). Allohu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar