Tanya : Kang Abu, saya ingin bertanya mengenai hadits mengangkat (lagi) imam untuk yang masbuq, apa kang haditsnya? Kedudukan haditsnya gimana? Menurut pendapat akang gimana tentang hal ini ? Priska Bdg dan 20 penanya lain
Jawab : Hadits yang dijadikan sandaran bahwa dalam shalat yang makmum ketinggalan (masbuq) yang kebetulan jumlah yang masbuqnya lebih dari satu orang, boleh membuat formasi/menjadi shalat berjama’ah. Hadist ini terdapat dalam kitab shahih muslim, jilid II bab ”al-mashu ’ala an-Nashiyah” begitu juga terdapat dalam bab ”taqdimu al-jama’ah man yushalli” dengan redaksi yang sedikit berbeda.
Berikut adalah haditsnya:
أَنَّ الْمُغِيرَةَ بْنَ شُعْبَةَ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ غَزَا مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبُوكَ قَالَ الْمُغِيرَةُ
فَتَبَرَّزَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِبَلَ الْغَائِطِ
فَحَمَلْتُ مَعَهُ إِدَاوَةً قَبْلَ صَلَاةِ الْفَجْرِ فَلَمَّا رَجَعَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيَّ أَخَذْتُ أُهَرِيقُ عَلَى
يَدَيْهِ مِنْ الْإِدَاوَةِ وَغَسَلَ يَدَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ
وَجْهَهُ ثُمَّ ذَهَبَ يُخْرِجُ جُبَّتَهُ عَنْ ذِرَاعَيْهِ فَضَاقَ كُمَّا
جُبَّتِهِ فَأَدْخَلَ يَدَيْهِ فِي الْجُبَّةِ حَتَّى أَخْرَجَ ذِرَاعَيْهِ مِنْ
أَسْفَلِ الْجُبَّةِ وَغَسَلَ ذِرَاعَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثُمَّ تَوَضَّأَ
عَلَى خُفَّيْهِ ثُمَّ أَقْبَلَ قَالَ الْمُغِيرَةُ فَأَقْبَلْتُ مَعَهُ حَتَّى
نَجِدُ النَّاسَ قَدْ قَدَّمُوا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ فَصَلَّى لَهُمْ
فَأَدْرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى
الرَّكْعَتَيْنِ فَصَلَّى مَعَ النَّاسِ الرَّكْعَةَ الْآخِرَةَ فَلَمَّا سَلَّمَ
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُتِمُّ صَلَاتَهُ فَأَفْزَعَ ذَلِكَ الْمُسْلِمِينَ فَأَكْثَرُوا التَّسْبِيحَ
فَلَمَّا قَضَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ أَقْبَلَ
عَلَيْهِمْ ثُمَّ قَالَ أَحْسَنْتُمْ أَوْ قَالَ قَدْ أَصَبْتُمْ يَغْبِطُهُمْ
أَنْ صَلَّوْا الصَّلَاةَ لِوَقْتِهَا
“Bahwasannya Muqhirah bin Syu’bah menceritakan, bahwa dia berperang
bersama Rasulullah Saw diperang Tabuk. Mughirah berkata; Rasulullah hendak
membuang hajat, kemudia mencari tempat yang tertutup, maka aku bawakan satu
ember air sebelum shalat subuh, ketika beliau kembali, aku tuangkan air dari
ember itu ketangannya, beliau membasuh tiga kali, kemudian membasuh wajahnya,
kemudian menyingsingkan jubahnya untuk mengeluarkan lengannya, akan tetapi
lengan jubah itu sempet, maka Rasulullah memasukan tangannya kedalam jubahnya
dan mengeluarkannya dari bawah jubah, maka beliau membasuh kedua tangannya
sampai kedua sikunya, kemudian beliau berwudlu di atas khuf (maksudnya tidak
membasuh kaki, tapi beliau cukup mengusap bagian atas khuf (semacam kaos kaki
yang terbuat dari kulit), kemudian beliau bergegas (menyusul rombongan),
Mughirah berkata: akupun bergegas bersama beliau, maka kami mendapati rombongan
(para sahabat) sedang shalat, dan Abdurrahman bin Auf yang menjadi imam mereka,
dan sudah masuk rakaat terakhir. Maka ketika Abdurrahman bin Auf salam dan
selesai shalat, Rasulullah menyempurnakan shalatnya, maka hal itu membuat kaum
muslimin keheranan (Rasulullah menjadi ma’mum), merekapun memperbanyak tasbih,
maka ketika Rasulullah selesai shalat, beliau menghadap kepada para sahabat dan
berkata: ahsantum (kalian telah berbuat benar), Mughirah berkata: atau beliau
waktu itu mengatakan: kalian benar, dimana mengajak manusia untuk shalat tepat
pada waktunya.
Dalam riwayat lain dengan redaksi yang sedikit berbeda, namun pada kasus
yang sama:
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
تَخَلَّفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَخَلَّفْتُ
مَعَهُ فَلَمَّا قَضَى حَاجَتَهُ قَالَ أَمَعَكَ مَاءٌ فَأَتَيْتُهُ بِمِطْهَرَةٍ
فَغَسَلَ كَفَّيْهِ وَوَجْهَهُ ثُمَّ ذَهَبَ يَحْسِرُ عَنْ ذِرَاعَيْهِ فَضَاقَ
كُمُّ الْجُبَّةِ فَأَخْرَجَ يَدَهُ مِنْ تَحْتِ الْجُبَّةِ وَأَلْقَى الْجُبَّةَ
عَلَى مَنْكِبَيْهِ وَغَسَلَ ذِرَاعَيْهِ وَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ وَعَلَى
الْعِمَامَةِ وَعَلَى خُفَّيْهِ ثُمَّ رَكِبَ وَرَكِبْتُ فَانْتَهَيْنَا إِلَى
الْقَوْمِ وَقَدْ قَامُوا فِي الصَّلَاةِ يُصَلِّي بِهِمْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
عَوْفٍ وَقَدْ رَكَعَ بِهِمْ رَكْعَةً فَلَمَّا أَحَسَّ بِالنَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَهَبَ يَتَأَخَّرُ فَأَوْمَأَ إِلَيْهِ فَصَلَّى
بِهِمْ فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَقُمْتُ فَرَكَعْنَا الرَّكْعَةَ الَّتِي سَبَقَتْنَا
Dari muqhirah bin syu’bah dari ayahnya dia berkata: Rasulullah
tertinggal (dari rombongan pasukan) dan aku tertinggal bersama beliau, ketika
beliau selesai dari hajatnya, beliau bertanya apakah kamu ada air? Maka aku
bawakan ember (tempat bersuci), kemudian membasuh kedua telapak tanganya,
wajahnya dan menyingkap lengannya, namun lengan jubahnya terlalu sempit, maka
beliau mengeluarkan tangannya dari bahwa jubah, dan meletakkan jubahnya di atas
bahunya, kemudian beliau membasuh kedua lengannya dan mengusap ubun-ubunnya,
dan bagian atas surbannya serta kedua khufnya (semacam kaos kaki dari kulit),
kemudian beliau naik (kendaraan) dan akupun naik, ketika kami sampai pada
rombongan kaum (para sahabat), mereka sedang shalat yang diimami oleh
Abdurrahman bin Auf, dan sudah selesai satu rakaat, ketika (Abdurrahman bin
Auf) menyadari kedatangan Rasulullah, dia mundur, maka Rasulullah memberi
isyarat kepadanya, maka (Abdurrahman bin Auf) meneruskan tetap mengimami shalat
mereka, maka ketika Abdurrahman bin Auf salam (selesai shalat), Rasulullah
berdiri, dan aku berdiri, kami ruku’ (menyempurnakan) rakaat yang tertinggal.
Namun dalam hadits tersebut diatas, sejauh pemahaman saya tidak ada redaksi
yang menunjukkan secara pasti bahwa Rasulullah Saw dengan Mughirah bin Syu’bah
shalat secara berjama’ah ketika menyempurnakan raka’at yang tertinggal.
Mungkin
lafadz “ركعنا /kami ruku’ (menyempurnakan
rakaat yang tertinggal)”, itu yang difahami bahwa Rasulullah Saw dalam
menyempurnakan rakaat yang tertinggal dilakukan dengan berjama’ah bersama
Mughirah yang menggunakan kata kami. Sehingga dalam terjemahannya diterjemahkan
berjama’ah. Padahal kata kami tidak menunjukkan bersama atau berjamaah, akan tetapi
menunjukkan lebih dari satu orang (yang masbuq). Artinya Mughirah menerangkan
dirinya dan Rasulullah saw menyempurnakan (menambah) rakaat yang
tertinggal. Sekali lagi tidak ada dalam hadits tersebut lafadz yang menunjukkan
kami lakukan dengan berjama’ah. Hal itu dikuatkan dengan hadits yang
sebelumnya, dimana Mughirah hanya menerangkan bahwa Rasulullah kemudian
menyempurnakan shalatnya, tanpa menerangkan dirinya sendiri, sehingga tidak
menggunakan lafadz ”kami”. Jika ditinjau dari segi hukum fikih, bahwa makmum
yang masbuq mempunyai status (nilai) berjama’ah, sebagaimana dengan jama’ah
awal yang telah selesai shalat itu. Hal ini berdasarkan keterangan, diantaranya
:
” …. Barangsiapa mendapati satu raka’at bersama imam berarti ia telah
mendapati shalat jama’ah” (Muttafaqun ‘Alaihi dari Abi Harairah)
“….. Barangsiapa mendapati satu raka’at shalat Jum’at atau shalat
jama’ah lainnya berarti ia telah mendapati shalat berjama’ah” (Sunan Ibnu Majah
I/202 no. 1110 dari Ibn Umar)
“….Jika shalat telah ditegakkan maka janganlah kamu mendatanginya
dengan tergesa-gesa. Berjalanlah dengan tenang dan kerjakanlah apa yang kamu
dapati bersama imam serta sempurnakanlah apa yang terluput darinya” (Shahih
Muslim I/420 no. 602 dari Abi Hurairah)
Hadits diatas menunjukkan bahwa pahala berjamaah telah terpenuhi,
sekalipun hanya kebagian satu rakaat bersama imam berjamaah, tanpa harus
membuat shalat berjamaah baru. Apalagi kalau kita melihat bagaimana saat para
shahabat menambah satu rakaat (lagi) sampai lebih dari 2 orang (dalam shalat
khauf), setelah mendapat satu rakaat masing-masing kelompok dengan Nabi saw.
Dan para shahabat bahkan menambahkannya rakaat itu dikatakan masing-masing.
عن ابن عمر قال غزوت مع رسول الله ص م قبل نجد فوا زينا العدو
فصاففناهم فقام رسول الله ص م فصلى بنا فقامت طائفة معه واقبلث طائفة على العدو
وركع بمن معه وسجد سجدتين ثم انصرفوا -مكان الطائفة التى لم تصل فجائوا فركع بهم
ركعة وسجد سجدتين ثم سلم -فقام كل واحد منهم فركع لنفسه ركعة وسجد سجدتين -متفق
عليه
Dari Ibn Umar ra. berkata : Saya pernah (pergi) berperang bersama
Rasulullah saw. Diarah Nejd, dan keadaan kami menghadap musuh. (Ketika mau
shalat) kami membikin beberapa barisan menghadap mereka. Kemudian Rasul saw
berdiri dan shalat bersama kami. Lalu satu golongan/barisan shalat (dulu)
bersamanya dan satu barisan lagi menhadap musuh. Lalu Nabi ruku dan sujud dua
kali (shalat satu rakaat) bersama barisan itu. Kemudian (barisan itu yang
shalat) menggantikan tempat yang belum shalat (menghadap musuh). Lalu mereka
(barisan penjaga musuh) datang dan Nabi shalat (juga) bersama mereka satu
rakaat (ruku dan sujud), kemudian Nabi saw salam. Lalu berdiri (menambah
rakaat) tiap-tiap seorang dari mereka, dan mereka ruku dan sujud dua kali
(menambah satu rakaat dengan sendiri-sendiri). (HR.Bukhary Muslim lihat Bulugh
al-Maram Bab Shalat Khauf).
"...أن
طائفة صفت معه وطائفة وجاه العدو فصلى بالتى معه ركعة ثم ثبت قائما وأتموا لأنفسهم
ثم انصرفوا..." (أبو داود)
"... Bahwasannya
sekelompok berbaris bersama Nabi (untuk shalat) dan sekelompok lagi menjaga
(serangan) musuh. Lalu beliau shalat bersama kelompok itu (yang berbaris
bersamanya) satu rakaat, kemudian beliau tetap berdiri (setelah rakaat pertama
selesai), (sedangkan) mereka (yg ikut shalat satu rakaat bersama Nabi sesi-1)
menyempurnakan (menambah satu rakaat lagi) masing-masing, lalu kelompok ini
selesai (bubar/salam).
Dalam An-Nasai :
أَخْبَرَنِي كَثِيرُ بْنُ عُبَيْدٍ، عَنْ بَقِيَّةَ، عَنْ شُعَيْبٍ،
قَالَ حَدَّثَنِي الزُّهْرِيُّ، قَالَ حَدَّثَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ،
عَنْ أَبِيهِ، قَالَ غَزَوْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قِبَلَ
نَجْدٍ فَوَازَيْنَا الْعَدُوَّ وَصَافَفْنَاهُمْ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صلى
الله عليه وسلم يُصَلِّي بِنَا فَقَامَتْ طَائِفَةٌ مِنَّا مَعَهُ وَأَقْبَلَ
طَائِفَةٌ عَلَى الْعَدُوِّ فَرَكَعَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَمَنْ
مَعَهُ رَكْعَةً وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ انْصَرَفُوا فَكَانُوا مَكَانَ
أُولَئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُصَلُّوا وَجَاءَتِ الطَّائِفَةُ الَّتِي لَمْ تُصَلِّ
فَرَكَعَ بِهِمْ رَكْعَةً وَسَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله
عليه وسلم فَقَامَ كُلُّ رَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ فَرَكَعَ لِنَفْسِهِ رَكْعَةً
وَسَجْدَتَيْنِ
Telah mengabarkan kepadaku Katsir bin 'Ubaid dari Baqiyyah dari Syu'aib
dia berkata; telah menceritakan kepadaku Az Zuhri dia berkata; telah
menceritakan kepada kami Salim bin 'Abdullah dari bapaknya dia berkata;
"Aku pernah berperang bersama Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam di
arah Najed. Kami bertemu musuh, maka beliau menyuruh kami berbaris, lalu beliau
shalat bersama kami. Sebagian dari kami berdiri bersamanya dan sebagian yang
lain menghadap ke arah musuh. Kemudian beliau Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam
ruku' satu kali, dan ikut ruku' pula orang yang bersamanya, lalu beliau sujud
dua kali, kemudian mereka pergi menuju kelompok yang belum shalat. Setelah itu
datanglah kelompok yang belum shalat, lalu Rasulullah ruku' satu kali dan sujud
dua kali bersama mereka. Kemudian beliau mengucapkan salam, dan berdirilah
semua kaum muslimin dan semuanya ruku' satu kali dan sujud dua kali
sendiri-sendiri.( Sunan an-Nasa'i 1539)
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحِيمِ
الْبَرْقِيُّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يُوسُفَ، قَالَ أَنْبَأَنَا سَعِيدُ بْنُ
عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ كَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ
يُحَدِّثُ أَنَّهُ صَلَّى صَلاَةَ الْخَوْفِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه
وسلم قَالَ كَبَّرَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَصَفَّ خَلْفَهُ طَائِفَةٌ
مِنَّا وَأَقْبَلَتْ طَائِفَةٌ عَلَى الْعَدُوِّ فَرَكَعَ بِهِمُ النَّبِيُّ صلى
الله عليه وسلم رَكْعَةً وَسَجْدَتَيْنِ ثُمَّ انْصَرَفُوا وَأَقْبَلُوا عَلَى
الْعَدُوِّ وَجَاءَتِ الطَّائِفَةُ الأُخْرَى فَصَلُّوا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله
عليه وسلم فَفَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ قَامَ كُلُّ رَجُلٍ مِنَ
الطَّائِفَتَيْنِ فَصَلَّى لِنَفْسِهِ رَكْعَةً وَسَجْدَتَيْنِ
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah bin 'Abdurrahim Al
Barzi dari 'Abdullah bin Yusuf dia berkata; telah memberitakan kepada kami
Sa'id bin 'Abdul 'Aziz dari Az Zuhri dia berkata; 'Abdullah bin 'Umar
menceritakan bahwasanya dia pernah shalat Khauf bersama Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wa Sallam, dia berkata; "Beliau bertakbir dan sekelompok orang
dari kami membuat barisan di belakangnya sedangkan kelompok yang lain menghadap
ke arah musuh. Kemudian beliau ruku' satu kali dan sujud dua kali bersama
mereka, lalu mereka (yang baru shalat) pergi untuk menghadapi musuh. Lalu
datang kelompok (yang menghadap ke musuh) dan shalat satu rakaat dengan dua
kali sujud bersama Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam, kemudian salam.
Setelah itu kedua kelompok itu berdiri dan mereka semua mengerjakan
(menyempurnakan) shalat sendiri-sendiri dengan satu kali ruku' dan dua kali
sujud.(Sunan
an-Nasa'i 1540). Allohu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar