KEL.BESAR ABU ALIFA

KEL.BESAR ABU ALIFA

Rabu, 01 Juli 2015

BEBERAPA OPSI PELAKSANAAN SHALAT TARAWIH DAN WITIR (SEBUAH PANDANGAN ULAMA DEWAN HISBAH PERSIS)


Oleh : KH.Luthfie Abdullah Ismail Lc

Sebelum membahas topik di atas, terlebih dulu kita pastikan bahwa shalat Tarawih dan Witir adalah dua shalat yang berbeda. Shalat Tarawih atau Tahajjud adalah shalat malam yang rak`atnya genap, sedangkan Witir adalah shalat malam yang rak`atnya ganjil. Tidak ada ke tentuan kedua shalat ini mesti dikerjakan bersamaan, artinya boleh saja seseorang shalat Tahajjud/Tarawih saja tanpa Witir atau Witir saja tanpa Tahajjud/Tarawih.

Shalat Tahajjud / Tarawih dan Witir bisa dikerjakan dengan beberapa cara:

a. Tahajjud / Tarawih dulu kemudian Witir sebagaimana riwayat Aisyah:

مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَزِيْدُ فِيْ رَمَضَانَ وَلاَ فِيْ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً, يُصَلّيْ أَرْبَعاً, فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنّ وَطُولِهِنّ, ثُمّ يُصَلّي أَرْبَعاً, فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنّ وَطُولِهِنّ, ثُمّ يُصَلّيْ ثَلاَثاً ( مُتّفَقٌ عَلَيْهِ)

Tidak pernah Rasulullah saw kerjakan (tathawwu`) di Ramadhan dan tidak di lainnya lebih dari 11 rak`at (yaitu) ia shalat empat rak`at – jangan engkau tanya bagus dan panjangnya – kemu dian ia shalat empat rak`at – jangan engkau tanya bagus dan panjang nya -,kemudian ia shalat tiga rak`at,. (Muttafaq`alaih)

Menurut riwayat ini jelas bahwa Nabi saw shalat Tahajjud / Tarawih dulu, baru kemudian shalat Witir.

b. Witir dulu kemudian Tahajjud / Tarawih sebagaimana riwayat:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : اَنَّهُ ص كَانَ يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الوِتْرِ وَهُوَ جَالِسٌ . ) مسلم)

Dari Aisyah ia berkata: Bahwasanya Nabi saw shalat dua rak`at sesudah witir dengan duduk (HSR Muslim)

Pada riwayat lain Sa`ad bin Hisyam bertanya kepada Aisyah, maka Aisyah berkata:

كَانَ يُوتِرُ بِثَمَانِ رَكَعَاتٍ لَا يَجْلِسُ إِلَّا فِي الثَّامِنَةِ وّ التَّاسِعَةِ ، ثُمَّ يَقُومُ، فَيُصَلِّي رَكْعَةً أُخْرَى، لَا يَجْلِسُ إِلَّا فِي الثَّامِنَةِ وَالتَّاسِعَةِ، وَلَا يُسَلِّمُ إِلَّا فِي التَّاسِعَةِ، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، وَهُوَ جَالِسٌ، فَتِلْكَ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يَا بُنَيَّ (رواه ابوداود)

Adalah Nabi saw shalat witir delapan rak`at delapan rak`at, beliau tidak duduk kecuali pada rak`at ke delapan dan ke sembilan, dan beliau tidak memberi salam kecuali pada rak`at yang ke sembilan, setelah itu beliau shalat dua rak`at sambil duduk, maka yang demikian sebelas rak`at hai anakku (HSR Abu Dawud)

Riwayat Muslim dan Abu Dawud di atas jelas menunjukkan bahwa beliau pernah mengerja kan Tahajjud / Tarawih setelah Witir.

c. Witirnya di antara Tahajjud / Tarawih didasarkan pada riwayat dari Abi Salamah:

سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ صَلَاةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ: كَانَ يُصَلِّي ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي ثَمَانَ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ يُوتِرُ، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَرَكَعَ، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ بَيْنَ النِّدَاءِ وَالْإِقَامَةِ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ (رواه مسلم)

Saya bertanya kepada Aisyah tentang shalat (malamnya) Rasulullah saw: Kata Aisyah: Beliau pernah shalat tiga belas rak`at (yaitu) beliau shalat delapan rak`at, kemudian berwitir (satu rak`at), kemudian beliau shalat (Tahajjud) dua rak`at dengan duduk, kalau beliau ingin ruku` beliau berdiri kemudian ruku`, kemudian beliau shalat dua rak`at di antara adzan dan iqamat dari shalat Shubuh. (HSR Muslim)

Menurut riwayat ini 13 rak`at yang dikerjakan Nabi saw itu adalah: 8 rak`at (Tahajjud) + 1 rak`at Witir + 2 rak`at (Tahajjud / Tarawih) + 2 rak`at qabliyah Shubuh, jumlah semuanya adalah 13 rak`at.

Kalau kita perhatikan riwayat ini, maka Witirnya beliau kerjakan di antara shalat Tahajjud / Tarawih, yaitu 8 rak`at (memberi salam setiap 2 rak`at) kemudian Witir terus dilanjutkan Tahajjud / Tarawih 2 rak`at lagi.

Pada asalnya kita boleh memilih (mukhayyar) salah satu dari opsi di atas dan tidak ada keutamaan di antara ketiganya. Tapi kemudian ada hadits yang secara khusus menganjurkan kita menjadikan Witir sebagai penutup shalat malam:

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللّهُ تَعَالَى عَنْهُمَا, عَنِ النّبِيّ صلى الله عليه وسلم قَالَ:  اِجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللّيْلِ وِتْراً  (مُتّفَقٌ عَلَيْهِ)

Dari Ibnu Umar dari Nabi saw ia berkata: Jadikanlah akhir shalat malammu witir. (Muttafaq`alaih)

Perintah “ij`aluu” = jadikanlah itu pada asalnya wajib karena setiap perintah asalnya wajib hingga ada dalil yang memalingkannya, jadi berdasar sabda Nabi saw ini asalnya kita fahami bahwa setelah shalat Witir tidak boleh ada shalat (malam) yang lain. Tetapi dengan adanya riwayat pada poin (b) dan (c), maka perintah tersebut berubah menjadi sunnah, karena Nabi saw sendiri mencontohkan adanya shalat Tahajjud / Tarawih setelah shalat Witir.

Kesimpulan
  • Boleh shalat Tahajjud / Tarawih kemudian ditutup dengan Witir
  • Boleh juga Witir dulu kemudian Tahajjud / Tarawih
  • Boleh juga Witirnya berada di tengah, yaitu Tahajjud / Tarawih kemudian Witir diturup dengan Tahajjud / Tarawih
  • Yang disunnahkan adalah opsi pertama yaitu Tahajjud / Tarawih kemudian ditutup dengan Witir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar