Tanya : Assalamu’alaikum wr.wb. Ustadz sebenarnya bagaimana kedudukan Bismillah saat dalam shalat, apakah dibaca atau tidak? Terima kasih atas penjelasannya.
Jawab :
Wa’alaikumussalam Warahmatullah wa Barakatuh … Ada perbedaan pendapat
dikalangan ulama madzhab mengenai hal yang ditanyakan . Pertama, Imam
Malik melarang membacanya dalam shalat fardlu, baik secara jahr (keras)
maupun secara sirr (lembut), baik dalam membuka al-Fatihah maupun dalam
surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam shalat nafilah
(sunnah). Sedangkan kedua, Imam Abu Hanifah mengharuskan membacanya
ketika membaca al-Fatihah dalam shalat secara sirr (lembut) pada setiap
rakaat, dan lebih baik membacanya ketika membaca setiap surat. Sementara
(ketiga) Imam asy-Syafi‘i berpendapat wajib membacanya dalam shalat
secara jahr (keras) dalam shalat jahr, tetapi dalam shalat sirri wajib
dibaca dengan sirri. Dan keempat, Imam Ahmad Ibnu Hanbal berpendapat
harus membacanya dengan sirri dalam shalat dan tidak mensunnahkan
membacanya dengan jahr.
Sumber perbedaan pendapat tersebut adalah
karena perbedaan pendapat mengenai status basmalah, apakah ia termasuk
bagian dari surat al-Fatihah, dan permulaan tiap-tiap surat atau bukan.
Syafi‘iyyah berpendapat bahwa basmalah adalah salah satu ayat dari surat
al-Fatihah dan merupakan awal dari setiap surat dalam al-Qur’an.
Malikiyyah berpendapat bahwa basmalah bukan merupakan ayat, baik dari
surat al-Fatihah maupun dari al-Qur’an. Sedangkan Hanafiyyah mengambil
jalan tengah antara asy-Syafi‘iyyah dan al-Malikiyyah. Mereka
berpendapat bahwa penulisan basmalah dalam al-Mushhaf menunjukkan bahwa
basmalah adalah ayat al-Qur’an, tetapi tidak menunjukkan bahwa basmalah
adalah salah satu ayat dari tiap-tiap surat. Hadits-hadits yang
memberitakan bahwa basmalah tidak dibaca dengan keras dalam shalat
ketika membaca al-Fatihah menunjukkan bahwa basmalah bukan salah satu
ayat dari surat al-Fatihah, tetapi mereka menetapkan bahwa basmalah
adalah salah satu ayat dari al-Qur’an, yang diturunkan sebagai pembatas
antara satu surat dengan surat lainnya, sebagaimana disebutkan dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas: Bahwa Rasulullah saw tidak
mengetahui batas-batas surat sebelum diturunkan
‘Bismillahir-Rahmanir-Rahim’.
Hemat kami bahwa membaca basmalah secara jahr (dinyaringkan) dan sir (dipelankan) dalam shalat dibenarkan. Diantara dasarnya :
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
وَعُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . [رواه مسلم]
Dari Anas, ia berkata: Saya shalat
bersama Rasulullah saw, Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman, tetapi saya tidak
mendengar seorang pun di antara mereka yang membaca:
‘Bismillahir-Rahmanir-Rahim’.” [HR. Muslim].
Dari Abu Hilal, diriwayatkan dari
Nu’aim al-Mujammir, ia berkata: Saya shalat dibelakang Abu Hurairah
(makmum). Maka beliau membaca ‘Bismillahir-Rahmanir-Rahim’, kemudian
membaca Ummul-Qur’an, hingga ketika sampai pada ‘Gairil-magdlubi
‘alaihim waladl-dlaalliin’ beliau membaca ‘Amiin’. Kemudian orang-orang
yang bermakmum membaca ‘Amiin’. Dan setiap bersujud beliau membaca
‘Allahu Akbar’ dan apabila berdiri dari duduk dalam dua rakaat, beliau
membaca ‘Allahu Akbar’, dan apabila membaca salam (sesudah selesai),
beliau berkata: Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya,
sesungguhnya saya orang yang paling mirip shalatnya dengan shalat
Rasulullah saw. [HR. an-Nasa'i]
عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ:
صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي
بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ فَلَمْ أَسْمَعْ
أَحَدًا مِنْهُمْ يَجْهَرُ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . [رواه
النسائي]
Dari Qatadah, diriwayatkan dari Anas,
ia berkata: Saya shalat di belakang Rasulullah saw, Abu Bakar, ‘Umar
dan ‘Utsman r.a., tetapi saya tidak mendengar seorang pun di antara
mereka yang membaca ‘Bismillahir-Rahmanir-Rahim’ dengan keras.” [HR. an-Nasa'i]
عَنْ أَبَي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
قَرَأْتُمُ الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاقْرَءُوا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ
الْمَثَانِى وَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِحْدَاهَا. [رواه
الدارقطني]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia
berkata: Rasulullah saw bersabda: Apabila kamu membaca al-Hamdu Lillah
(surat al-Fatihah), maka bacalah ‘Bismillahir-Rahmanir-Rahim’, sebab
surat al-Fatihah adalah Ummul-Qur’an dan Ummul-Kitab dan Sab’ul-Matsani,
adapun basmalah adalah salah satu ayat dari surat al-Fatihah.” [HR.
ad-Daruquthni]
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ قِرَاءَةِ
رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: كَانَتْ
قِرَاءَتُهُ مَدًّا … ثُمَّ قَرَأَ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
….. [أخرجه البخاري عن أنس، قال الدارقطني اسناده صحيح]
Dari Anas r.a., bahwa ia pernah ditanya tentang bacaan Rasulullah
saw (surat al-Fatihah), maka Anas menjawab: Bacaannya secara madd
(panjang). Lalu ia membaca ‘Bismillahir-Rahmanir-Rahim, al-Hamdu Lillahi
Rabbil ‘Alamin, ar-Rahmanir-Rahim, Maliki Yaumid-din, …’.” [Ditakhrijkan oleh al-Bukhari dari Anas, ad-Daruquthni mengatakan: Sanadnya shahih]. Allohu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar