KEL.BESAR ABU ALIFA

KEL.BESAR ABU ALIFA

Senin, 05 Maret 2012

BEBERAPA KEPUTUSAN DEWAN HISBAH PP.PERSIS



Tentang:
"KELUAR DARI MINA MENUJU ARAFAH TENGAH MALAM DAN SHALAT SUBUH DI ARAFAH"
بسم الله الرحمن الرحيم

Dewan Hisbah Persatuan Islam setelah:
MENGINGAT:
1.Nabi Saw., masuk Mina pada hari Tarwiyah
....فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ تَوَجَّهُوا إِلَى مِنًى فَأَهَلُّوا بِالْحَجِّ وَرَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَصَلَّى بِهَا الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ
….Ketika hari tarwiyah mereka(bersama Nabi) pergi menuju Mina, mereka ber ihram untuk haji kemudian rasulullah Saw., naik kendaraan, kemudian shalat zhuhur, ‘ashar,maghrib, Isya dan subuh.(H.R Muslim,1:511)
2.Nabi Saw., pergi dari Mina ke Arofah pagi hari setelah terbit matahari.
...ثُمَّ مَكَثَ قَلِيلاً حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ وَأَمَرَ بِقُبَّةٍ مِنْ شَعَرٍ تُضْرَبُ لَهُ بِنَمِرَةَ فَسَارَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلاَ تَشُكُّ قُرَيْشٌ إِلاَّ أَنَّهُ وَاقِفٌ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ كَمَا كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصْنَعُ فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَأَجَازَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ فَوَجَدَ الْقُبَّةَ قَدْ ضُرِبَتْ لَهُ بِنَمِرَةَ فَنَزَلَ بِهَا
....kemudian Nabi Saw., tinggal sebentar sampai terbit matahari, Nabi saw memerintahkan membuat qubah dari bulu untuknya di Namirah , kemudian Rasulullah Saw., berangakat.Orang Quraisy tidak ragu bahwa Nabi Saw., akan wuquf di Masy’aril Haram sebagaimana orang Quraisy lakukan dijaman jahiliyyah. Kemudian Rasulullah Saw melewatinya sampai tiba di ‘Arofah singgah di Namirah.(H.R Muslim,1:511)
حَتىَّ إِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ أَمَرَ بِالْقَصْوَاءِ فَرُحِلَتْ لَهُ فَأَتَى بَطْنَ الْوَادِى فَخَطَبَ النَّاسَ
"...Sehingga diwaktu tergelincir matahari Nabi Saw., memerintahkan Qashwa (unta NAbi) untuk berangkat, kemudian Nabi Saw., tiba di Bathil Wadhi (lembah) kemudian Nabi Saw., berkhutbah”.(Muslim, 1:511)
فَجَاءَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَنَا مَعَهُ يَوْمَ عَرَفَةَ حِينَ زَالَتْ الشَّمْسُ فَصَاحَ عِنْدَ سَرَادِقِ الْحُجَّاجِ فَخَرَجَ وَعَلَيْهِ مِلْحَفَةٌ مُعَصْفَرَةٌ فَقَالَ مَا لَكَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ؟ فَقَالَ الرَّوَاحَ إِنْ كُنْتَ تُرِيدُ السُّنَّةَ قَالَ هَذِهِ السَّاعَةَ قَالَ نَعَمْ
“Kemudian Ibn Umar datang dan aku bersamanya pada hari ‘arafah disaat tergelincir matahari, maka ia berteriak dari tenda-tenda haji, kemudian ia keluar dengan memakai selimut kuning, kemudian Malik berkata:”Apa itu wahai Abu Abdurrahman?maka ia menjawab:”Pergi jika engkau mau melaksanakan sunnah.”Ia berkata:”Sekarang?”ia menjawab:”Ya!(Q.S Bukhari,1:288).
4.Nabi Saw.,keluar dari ‘Arafah setelah Maghrib.
فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ وَذَهَبَتِ الصُّفْرَةُ قَلِيلاً حَتَّى غَابَ الْقُرْصُ وَأَرْدَفَ أُسَامَةَ خَلْفَهُ وَدَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
“…Nabi Saw., tidak henti-hentinya wuquf sampai terbenam matahari dan hilang kekuning-kuningan sedikit sampai hilang bulatannya, kemudian Usamah menyertai Nabi Saw.,dibelakangnya lalu Rasulullah berangkat.”(H.R Muslim, 1:512).
5.Nabi Saw., tiba dimuzdalifah kira-kira Isya.
حَتَّى أَتَى الْمُزْدَلِفَةَ فَصَلَّى بِهَا الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ بِأَذَانٍ وَاحِدٍ وَإِقَامَتَيْنِ
“… Sampai Nabi tiba di Muzdalifah kemudian Nabi shalat maghrib dan ‘isya dengan satu kali adzan dan dua kali iqamat.(H.R Muslim, 1:512).
6.Nabi Saw., keluar dari Muzdalifah sebelum terbit matahari;
ثُمَّ اضْطَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ وَصَلَّى الْفَجْرَ - حِينَ تَبَيَّنَ لَهُ الصُّبْحُ - بِأَذَانٍ وَإِقَامَةٍ ثُمَّ رَكِبَ الْقَصْوَاءَ حَتَّى أَتَى الْمَشْعَرَ الْحَرَامَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَدَعَاهُ وَكَبَّرَهُ وَهَلَّلَهُ وَوَحَّدَهُ فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى أَسْفَرَ جِدًّا فَدَفَعَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ
“… kemudian Nabi Saw., berbaring sampai terbit fajar lalu shalat fajar ketika betul-betul tiba waktu shubuh dengan satu adzan dan iqamat, kemudian Nabi naik qashwa hingga tiba di Masy’aril Haram kemudian menghadap qiblat lalu berdoa, bertakbir, bertahlil, dan mengesakan Allah. Maka terus Nabi wuquf (Tinggal di Masy’aril Haram) sampai kekuning-kuningan, kemudian Nabi berangkat sebelum terbit matahari.”(H.R Muslim, 1:512).
7.Nabi tiba di Mina setelah Ifadhah dan Shalat Zhuhur di Mina
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَفَاضَ يَوْمَ النَّحْرِ ثُمَّ رَجَعَ فَصَلَّى الظُّهْرَ بِمِنًى. قَالَ نَافِعٌ فَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُفِيضُ يَوْمَ النَّحْرِ ثُمَّ يَرْجِعُ فَيُصَلِّى الظُّهْرَ بِمِنًى وَيَذْكُرُ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَعَلَهُ.
Dari Ibn Umar.”Sesungguhnya Rasulullah Saw., melakukan Ifadhah pada hai raya ( 10 Dzulhijjah) kemudian kembali (ke Mina)lalu shalat zhuhur dimina. Nafi’ berkata:”Ibn Umar juga melakukan ifadhah pada hari raya kemudian kembali dan shalat zhuhur di Mina, ia menyebutkan bahwa Nabi Saw., melakukan seperti itu.(H.R Muslim, 1:547)

Pada dasarnya kita dituntut untuk melaksanakan sebagaimana yang dilaksanakan oleh NAbi Saw., sebagaimana dalam hadits dinyatakan:
خُذُوْا عَنيِّ مَنَاسِكَكُمْ
“Ambillah dariku peraktek ibadah haji kamu”
Dalam beberapa hal Nabi membenarkan atau memberikan rukhshah (keringanan)kepada mereka yang tidak tepat waktu, seperti keterangan di bawah ini:
1.عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ سَوْدَةَ بِنْتَ زَمْعَةَ كَانَتِ امْرَأَةً ثَبْطَةً.فَاسْتَأْذَنَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَدْفَعَ مِنْ جَمْعٍ قَبْلَ دَفْعَةِ النَّاسِ فَأَذِنَ لَهَا.
Dari Aisyah:”Sesungguhnya Saudah binti Zam’ah adalah istri yang berat/gemuk, kemudian ia meminta izin untuk keluar dari mudzdalifah sebelum orang-orang keluar, maka Nabi Saw mengizinkan-Nya.”(H.R Ibn Majah, 2:1007)
2. عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ يَعْمَرَ : أَنَّ نَاسًا مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ أَتُوْا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِعَرَفَةَ فَسَأَلُوْهُ فَأَمَرَ مُنَادِيًا فَنَادَى: اَلْحَجُّ عَرَفَةٌ. مَنْ جَاءَ لَيْلَةَ جَمْعٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ فَقَدْ أَدْرَكَ الْحَجَّ
Dari Abdirrahman ibn Ya’mar:”Sesungguhnya orang-orang dari Najd datang kepada Rasulullah Saw., sedang beliau di ‘Arafah, maka bertanya kepada Nabi Saw., memerintahkan untuk mengumandangkan: “Haji itu ‘Arafah.” Siapayang datang ke Arafah pada malam Muzdalifah sebelum terbit fajar, maka sungguh ia mendapatkan haji (Sah hajinya).” (H.R Tirmidzi; Tuhfah al-Ahwadzi, 3:633)
3. عَنْ عُرْوَةَ بْنِ مُضَرِّسٍ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم بِالْمُزْدَلِفَةِ حِيْنَ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّي جِئْتُ مِنْ جَبَليْ طَيِّءٍ. أَكَلْلتُ رَاحَتِي وَأَتَّعَبْتُ نَفْسِي وَاللهِ ! مَا تَرَكْتُ مِنْ جَبَلٍ إِلاَّ وَقَفْتُ عَلَيْهِ فَهَلْ لِي مِنْ حَجٍّ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَهِدَ صَلاَتَنَا هذِهِ وَوَقَفَ مَعَنَا حَتَّى نَدْفَعَ وَقَدْ وَقَفَ بِعَرَفَةَ قَبْلَ ذاَلِكَ لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَقَدْ تَمَّ حَجُّهُ وَقَضَى تَفَثَهُ .
Dari Urwah bin mudharris, ia berkata:”Aku dating kepada Rasulullah Saw., di Muzdalifah ketika Nabi Saw., keluar untuk shalat, aku bertanya: Aku melewati dua gunung thayyi, kendaraanku lelah dan aku pun cape, demi Allah tidak aku tinggalkan satu gunung kecuali aku berhenti dulu, apakah haji saya sah? RAsulullah Saw., menjawab:”Barangsiapa yang menyaksikan shalatku yang ini, pernah wuquf (tinggal), bersama kami samapi keluar dan sebelumnya pernah wuquf di”Arafah baik siang atau malam, maka sungguh sempurna hajinya dan melaksanakan yang semestinya.”(H.R Tirmidzi)

MEMPERHATIKAN :
Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH.Usman Sholehuddin
Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP Persis Prof. Dr. KH. M. Abdurrahman, MA.
Makalah dan pembahasan yang disampaikan oleh: KH. Aceng Zakaria
Pembahasan dan penilaian dari anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut di atas

MENIMBANG:
Pelaksanaan manasik haji harus sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Pelaksanaan ibadah haji terdiri dari rukun, wajib dan sunnat.
Mabit di Mina sebelum wukuf di Arafah sampai shalat subuh hukumnya sunnat, dan mabit pada sebagian malamnya sah.
Pada pelaksanaannya sering kali dihadapkan pada kendala.
Keluar dari Mina menuju Arafah tengah malam karena suatu hambatan yang tidak bisa dihindari, sering terjadi.
Melaksanakan ibadah haji harus diupayakan secara maksimal agar rukun, wajib dan sunnatnya dapat terpenuhi.
Perlu kejelasan hukum mengenai keluar dari mina waktu malam hari dan shalat shubuh tanggal 9 Dzulhijjah di Arafah.


Dengan demikian Dewan Hisbah Persatuan Islam

MENGISTINBATH :
Keluar dari Mina menuju ‘Arafah pada waktu tengah malam dan shalat shubuh di Arofah karena suatu halangan, ibadah hajinya sah.

Demikian keputusan Dewan Hisbah mengenai masalah tersebut dengan  makalah terlampir.
الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير للإسلام و المسلمين
Bandung,  25 Rabi'ul Awwal 1433 H
18 Februari 2012 M

DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM

Ketua                                                                           Sekretaris

KH. USMAN SHOLEHUDDIN                           KH. ZAE NANDANG
NIAT: 05536                                                                    NIAT: 13511


DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Pada Sidang Dewan Hisbah Lengkap
Di Gedung Haji Qanul Manazil, Ciganitri Bandung, 25 Rabi'ul Awwal 1433 H
18 Februari       2012 M

Tentang:
"SYADDUDZARI'AH DAN IMPLEMENTASINYA"
بسم الله الرحمن الرحيم

Dewan Hisbah Persatuan Islam setelah:
MENGINGAT:
Firman Allah SWT :
Surat Hud/11:113

Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, Kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan”
.
An-Nisa/4: 58-59

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.58. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (59).

Al-Maidah/5: 2

“…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

Al-Hijru/:15  88

Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang Telah kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.

Diperintahkan makanan halalan thayyiba.

Sunnah Nabi SAW :
Mukminin dengan mukmin adalah saudara
Tidak boleh bahaya dan membahayakan. (HR. Malik)
Tolong menolong bagian dari amal salih

قال ( لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ )
Rasul bersabda, “Tidak sempurna iman seorang kalian sehingga mencinati sahabtanya,  serbagaimana mencintai terhadap dirinya sendiri”.
وقال ( : ( الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَحْقِرُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ ولايُسْلِمُهُ ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ ، كُلُّ لْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ ) .
Rasul bersabda, “Muslim itu adalah saudaranya muslim yang lain tidak menghina, merendahkan, tidak menyerahkan (pada yang lain. Perhitungan seseorang sesuai dengan kesalahan untuk  merendahkan saudaranya yang lain. Setiap Muslim atas muslim haram darah, harta dan kehormatannya.

وقال عليه الصلاة والسلام : ( لا تَبَاغَضُوا وَلا تَدَابَرُوا وَلا تَنَاجَشُوا ولايَبعْ بَعضُكُمْ عَلى بَيعِ بعضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إخوانَاً ) .
Rasul bersabda, “Jangan saling membnci, jangan saling membelakangi, jangan menjual barang di atas harga yang seharusnya, jangan menjual jujalan orang ;lain, dan jadikanlah hamba-hamba Allah sebagai saudara.


MEMPERHATIKAN :
Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH.Usman Sholehuddin
Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP Persis Prof. Dr. KH. M. Abdurrahman, MA.
Makalah dan pembahasan yang disampaikan oleh: Prof. Dr. KH. M. Abdurrahman, MA.
Pembahasan dan penilaian dari anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut di atas

MENIMBANG:
Keselamatan ummat dalam aqidah, ibadah dan mu'amalah harus menjadi prioritas Pimpinan Pusat Persatuan Islam.

Dengan demikian Dewan Hisbah Persatuan Islam

MEREKOMENDASIKAN :
Dewan Hisbah menerima kaidah "Saddu Dzari'ah" dan "Fathu Dzari'ah".
Ummat Islam wajib melaksanakan Saddu Dzari'ah sesuai dengan kemampuan.
Pimpinan Pusat Persatuan Islam wajib melaksanakan Saddu Dzari'ah dengan hal-hal sebagai berikut :
Menjadi patner pemerintah dan memberikan masukan-masukan tentang kaidah Saddu Dzari'ah dan implementasinya untuk menyelamatkan jam'iyyah Persatuan Islam dan ummat Islam.
Membuat rumusan-rumusan dalam aspek ekonomi, sosial dan aspek lainnya yang dapat dilaksanakan oleh ummat jam'iyyah Persatuan Islam sebagai implementasi Saddu Dzari'ah.
Demikian rekomendasi Dewan Hisbah mengenai masalah tersebut dengan  makalah terlampir.
الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير للإسلام و المسلمين
Bandung,  25 Rabi'ul Awwal 1433 H
18 Februari 2012 M

DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM

Ketua                                                                           Sekretaris


KH. USMAN SHOLEHUDDIN                      KH. ZAE NANDANG
NIAT: 05536                                                              NIAT: 13511





DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Pada Sidang Dewan Hisbah Lengkap
Di Gedung Haji Qanul Manazil, Ciganitri Bandung, 26 Rabi'ul Awwal 1433 H
19 Februari       2012 M

Tentang:
" DONOR DARAH"
بسم الله الرحمن الرحيم

Dewan Hisbah Persatuan Islam setelah:
MENGINGAT:
Firman Allah SWT,
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (173)
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Baqarah: 173).

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah,.(QS.Al - Maidah :  3).
Dalam hal tersebut Rasulullah saw. Ditanya  oleh para Sahabat yang merasa heran  karena yang disamak adalah kulit bangkai. Maka  beliau menjawab :
إنما حرم أكله
“ Sesungguhnya diharamkan itu  memakannya”( HR.Al-Jama’ah )

Hadis-hadis Nabi SAW :
تداووا عباد الله فإن الله سبحانه لم يضع داء الا وضع معه شفاء الا الهرم
“Wahai hamba Allah, berobatlah ,karena sesungguhnya Allah  menjadikan sesuatu penyakit pasti  juga menjadikan obatnya  ,kecuali penykit yang satu , yaitu ketuaan.” ( HR.Ahmad ).

عن جابر عن رسول الله ص أنه قال  ثم لكل داء دواء فإ ذا أصيب دواء الداء برأ بإذن الله عز وجل ( رواه مسلم )
“Tiap penyakit ada obatnya ,jika penyakit telah mendap obat  ( semoga) sembuh lagi  ia dengan  izin Allah  ( HR.Muslim )
عن أنس قال : قال رسول الله ص, إذا دبغ الإهاب فقد طهر ( رواه مسلم)
Dari Anas dia berkata: Rasulullah saw.bersabda :” Kulit apabila disamak maka jadi suci” ( HR.Muslim )
من كان في حاجة أخيه كان الله في حاجته  (رواه البخارى  ومسلم )
“ Barangsiapa memenuhi hajat seseorang,maka  Allah akan memenuhi hajat orang itu” (HR.Bukhori, Muslim )

من نفس عن مسلم كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة  من كرب يوم القيامة
“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim  satu kesusahan dari kesusahan dunia,niscaya Allah akan melepaskan kesusahan akhirat ( HR.Muslim ).

والله في عون العبد  ما كان العبد  في عون أخيه (رواه مسلم )

“Allahu senantiasa menolong hambanya , selama ia menolong  sudaranya ( HR.Muslim )

لا ضَرَ وَلاَ ضِرَار
"Tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan jiwa dan tidak boleh pula membahayakan orang lain."

إِنَّ اللهَ إِذَا حَرَّمَ عَلَى قَوْمٍ أَكْلَ شَيْءٍ, حَرَّمَ عَلَيْهِمْ ثَمَنَهُ

"Sesungguhnya jika Allah mengharamkan sebuah kaum untuk memakan sesuatu maka Allah akan haramkan harganya.
Kaidah Fiqhiyah :
الحاجة قد تنزل منزلة الضرورة
Perkara hajat (kebutuhan) menempati posisi darurat (dalam menetapkan hukum islam), baik bersifat umum maupun khusus”.

المشقة تجلب التيسير
“Kesulitan dapat menarik kemudahan
الضرورة تبيح المحظورات
“ Keadaan darurat membolehkan  perkara yang dilarang”
ما أبيح  للضرورة  تقدر بقدرها
Sesuatu yang dibolehkan karena darurat sekedar  untuk mengatasi  kesulitan tertentu “

الأصل في المنافع الإباحة
“Pada dasarnya  segala sesuatu yang bermanfaat adalah mubah (halal)”


MEMPERHATIKAN :
Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH.Usman Sholehuddin
Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP Persis Prof. Dr. KH. M. Abdurrahman, MA.
Makalah dan pembahasan yang disampaikan oleh: 1. K.H. Taufik Azhar, S.Ag, 2. Dr. Hary Rayadi, Mars AV
Pembahasan dan penilaian dari anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut di atas

MENIMBANG:
Darah manusia pada asalnya hukumnya haram.
Mengeluarkan darah untuk kesehatan dianjurkan.
Mengeluarkan darah untuk menolong orang lain yang membutuhkan dengan tanpa madharat bagi pendonor dianjurkan.
Donor darah sudah terbukti menjadi salah satu solusi yang tidak bisa dihindarkan.
Perlu kejelasan hukum tentang donor darah.

Dengan demikian Dewan Hisbah Persatuan Islam

MENGISTINBATH :
Donor darah dalam keadaan darurat hukumnya mubah.
Mendonorkan darah selama tidak membahayakan jiwa hukumnya mubah.
Mendirikan bank darah hukumnya mubah.



Demikian keputusan Dewan Hisbah mengenai masalah tersebut dengan  makalah terlampir.
الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير للإسلام و المسلمين
Bandung,  26 Rabi'ul Awwal 1433 H
19 Februari 2012 M

DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM

Ketua                                                                           Sekretaris


KH. USMAN SHOLEHUDDIN                           KH. ZAE NANDANG
NIAT: 05536                                                                   NIAT: 13511

Tidak ada komentar:

Posting Komentar