Mazhab
imam Maliki berpendapat, bahwa
shalat qashar bagi orang yang melakukan perjalanan hukumnya adalah sunat
muakkad (lihat Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah),
Dalilnya adalah tindakan Rasulullah saw yang secara umum selalu mengqashar
shalat dalam hampir semua perjalanannya, sebagaimana hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Umar :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ
حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عِيسَى بْنِ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي
أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ يَقُولُ : صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ لَا يَزِيدُ فِي السَّفَرِ عَلَى رَكْعَتَيْنِ وَأَبَا
بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ كَذَلِكَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ.(رواه البخاري :
1038– صحيح البخاري – المكتبة الشاملة - بَاب مَنْ لَمْ يَتَطَوَّعْ فِي السَّفَرِ
دُبُرَ الصَّلَاةِ وَقَبْلَهَا- الجزء : 4 – صفحة :253)
Telah
menceritakan kepada kami [Musaddad], ia berkata : Telah menceritakan kepada
kami Yahya dari ‘Isa bin Hafash bin ‘Ashim, ia berkata : Telah menceritakan
kepadaku ayahku, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Umar berkata: Aku
menemani Rasulullah saw, beliau tidak pernah menambah shalat lebih dari 2
rakaat dalam safar (perjalanan), demikian pula Abu Bakar, Umar dan Utsman ra.
(Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab man lam
Yatathawwa’ fissafar Duburashalaati wa qablahaa,juz :4, ha.253)
3. Jaiz (bolehnya memilih)
Mazhab
imam Syafi`i dan Hanbali berpendapat bahwa shalat
qashar bagi orang yang melakukan perjalanan hukumnya adalah ‘Jaiz’ (lihat Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil
Arba’ah), yaitu boleh memilih antara mengqashar shalat atau itmam
(menyempurnakan). Namun menurut mereka, mengqashar itu tetap lebih utama daripada itmam, karena
merupakan sedekah dari Allah swt.
Dalil
yang dijadikan hujjah (alasan) diantaranya
:
Hadits
Nabi :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي
شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا وَقَالَ الْآخَرُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
إِدْرِيسَ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ ابْنِ أَبِي عَمَّارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ بَابَيْهِ عَنْ يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ قَالَ قُلْتُ لِعُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ {لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنْ الصَّلَاةِ إِنْ
خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمْ الَّذِينَ كَفَرُوا} فَقَدْ أَمِنَ النَّاسُ فَقَالَ
عَجِبْتُ مِمَّا عَجِبْتَ مِنْهُ فَسَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ اللَّهُ بِهَا عَلَيْكُمْ
فَاقْبَلُوا صَدَقَتَهُ.(رواه مسلم : 1108 – صحيح مسلم– المكتبة الشاملة -بَاب
صَلَاةِ الْمُسَافِرِينَ وَقَصْرِهَا - الجزء : 10– صفحة :296)
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah] dan Abu Kuraib dan Zuhair
bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim. Ishaq berkata : “Telah mengabarkan kepada kami”. Yang lain mengatakan : “Telah menceritakan kepada kami” Abdullah
bin Idris dari Ibnu Juraij dari Ibnu Abi Ammar dari Abdullah bin Babaih, dari
Ya’la bin Umayyah, ia berkata : Aku berkata kepada Umar bin Khattab tentang
firman Allah yang artinya : “Dan
apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar
shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya
orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS.
An-Nisa : 101),- Sementara saat ini
manusia dalam kondisi aman (maksudnya tidak dalam kondisi perang). Umar
menjawab : Sungguh aku juga pernah penasaran seperti yang engkau juga penasaran
tentang ayat itu, lalu aku tenyakan kepada Rasulullah saw tentang ayat
tersebut. Beliau saw menjawab : Itu (mengqashar shalat) adalah sedekah yang
Allah berikan kepada kalian, maka terimalah sedekah-Nya. (Shahih
Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Sahalatul Musafir wa qashrihaa, juz : 19,
ha.296)
Dalam
riwayat yang lain disebutkan bahwa Allah swt menyukai bila kita menerima
sedekah-Nya, yaitu berupa rukhshah (keringanan dari)Nya dilaksanakan.
أخبرنا محمد بن إسحاق بن إبراهيم مولى
ثقيف ، قال : حدثنا قتيبة بن سعيد ، قال : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ
مُحَمَّدٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ عَنْ حَرْبِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ نَافِعٍ
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، قال : إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
أَنْ تُؤْتَى رُخَصُهُ كَمَا يُحِبَّ أَنْ تُؤْتَى عَزَائِمُهُ.(رواه ابن جبان :
3637 –صجيح الن حبان– المكتبة الشاملة –باب صوم المسافر- الجزء : 15– صفحة :133)
Telah
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim mantan budak Tsaqif, ia
berkata : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, Ia berkata : telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari ‘Ammar bin Ghaziyyah dari
Harb bin Qais dari Nafi’ dari Ibnu Umar dari Rasulullah saw, beliau bersabda : Sesungguhnya
Allah suka jika rukhshah (keringanan dari)Nya dilaksanakan sebagaimana Dia suka
jika kewajiban-Nya dijalankan. (Ibnu Hibban, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, Bab Sahalatul Musafir wa qashrihaa, juz : 15, ha. 133)
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ
غَزِيَّةَ عَنْ حَرْبِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ أَنْ
تُؤْتَى رُخَصُهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ تُؤْتَى مَعْصِيَتُهُ.(رواه احمد :5606–
مسند احمد– المكتبة الشاملة –باب مسند عبد الله بن عمر - الجزء : 12– صفحة : 143)
Telah
menceritakan kepada kami Ali bin Abdillah, telah menceritakan kepada kami Abdul
Aziz bin Muhammad dari Ammar bin Ghaziyyah dari Harb bin Qais dari Nafi’ dari
Ibnu Umar, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Sesungguhnya Allah suka jika
rukhshah (keringanan dari)Nya dilaksanakan sebagaimana Dia benci jika
kemaksiatan kepada-Nya dilakukan. (Musnad Ahmad, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, Bab Musnad Abdullah bin Umar, juz : 12, ha. 143)
Selain
dari keterangan di atas, Aisyah dan Rasulullah saw pernah mengadakan
perjalanan, dimana mereka saling berbeda dalam shalat, yang satu mengqashar dan
yang lain tidak mengqashar. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ
النَّيْسَابُورِىُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ وَعَبْدُ اللَّهِ
بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ الْمَرْوَزِىُّ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ بْنِ كَثِيرٍ الصُّورِىُّ ح وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِىُّ
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو الْغَزِّىُّ قَالاَ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ الْفِرْيَابِىُّ حَدَّثَنَا الْعَلاَءُ بْنُ
زُهَيْرٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الأَسْوَدِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ
قَالَتْ : خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِى عُمْرَةٍ فِى
رَمَضَانَ فَأَفْطَرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَصُمْتُ وَقَصَرَ
وَأَتْمَمْتُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بِأَبِى وَأُمِّى أَفْطَرْتَ وَصُمْتُ
وَقَصَرْتَ وَأَتْمَمْتُ. قَالَ أَحْسَنْتِ يَا عَائِشَةُ.(رواه الدارقطني : 2317
– سنن الدارقطني– المكتبة الشاملة –باب القبلة للصائم - الجزء : 6– صفحة :58)
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar An-Naisabury, telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Muhammad bin Amr Al-Ghazzi, mereka berdua berkata : Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf Al-Firyaby, telah menceritakan
kepada kami Al’Ala’ bin Zuhair dari Abdurrahman bin Al-Aswad dari ayahnya, dari
‘Aisayah, ia berkata : Aku pernah keluar melakukan umrah bersama
Rasullah saw di bulan Ramadhan, beliau saw berbuka dan aku tetap berpuasa,
beliau mengqashar shalat dan aku tidak. Maka aku berkata : Wahai Rasulullah!
Dengan ayah dan ibuku, anda berbuka dan aku berpuasa, anda mengqashar dan aku
tidak. Beliau menjawab : Kamu baik, wahai Aisyah. (Sunan
Ad-Daruquthuny, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Qublah Lishshaim, juz : 6, ha.
58)
Bersambung ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar