KEL.BESAR ABU ALIFA

KEL.BESAR ABU ALIFA

Kamis, 05 Februari 2015

KHUSYU' DALAM SHALAT





Tanya   :  Assalamu’alaikum... pak Ustadz  bagaiman cara menghadirkan khusyu dalam shalat itu?  Wassalam ... IFF Rembang

Jawab  : Wa’alaikum salam ... Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: "Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat,... (HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan Muslim no. 1533) 

Maka dari hal tersebut sebagai yang mendasari terjadi kekhusyuan dalam sholat adalah kemampuan kita mengamalkan tata cara sholat yang sesuai dan dicontohkan oleh Nabi. Karena akan salah kaprah jika orang itu mengaku khusyu’ namun ia sholat tidak sesuai tata cara sholat yang diajarkan Rasulullah. Maka khusyu’ akan terkondisikan yang timbul setelah kondisi pertama terpenuhi yaitu persyaratan tata cara sholat kita telah sesuai dengan Nabi. Maka niscaya Allah akan memenuhi hati kita dengan rasa khusyu’ sesungguhnya

Menurut Hujjatul-Islam Imam al-Ghazali (Ihya Ulumi al-dien) bahwa ada beberapa hal untuk menghadirkan khusyu di dalam shalat, diantaranya :

Pertama, "Hudhur al-Qalbi" (حضور القلب); yaitu menghadirkan hati kita ketika shalat yaitu dengan membuang dari hati segala yang tidak ada kaitannya  dengan shalat kita. Maksudnya supaya hati itu dikosongkan dari segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan amalan yang sedang dikerjakan, jangan sampai hatinya mengatakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan ibadah shalat.

Di dalam Syarah Ihya, jilid 2 hal 115 dijelaskan, 

Tiap-tiap shalat yang tak hadir hati di dalamnya, maka orang yang shalat itu lebih cepat memperoleh siksa”. “Barangsiapa tiada khusyu’ dalam shalatnya, rusaklah shalatnya”. (Syarah Ihya, 2 : 115) 

Kedua, "at-Tafahhum" (التفهم), yaitu berusaha memahami yaitu melakukan usaha untuk memahami segala hal yang dilakukan di dalam shalat baik itu yang ada kaitannya dengan gerakan shalat maupun bacaanya.  

Ketiga, "at-Ta’dziem" (التعظيم); yaitu merasakan kebesaran Allah yaitu dengan merasakan diri tidak ada artinya di hadapan Allah.

Keempat, "ar-Raja’" (
الرجاء); yaitu selalu menaruh harapan besar kepada Allah.

Kelima,  "al-Haya" (الحياء); yaitu rasa malu terhadap Allah. Perasaan malu ini timbul karena masih adanya di dalam dirinya kurang sempurna ketika mengerjakan segala perintah Allah dan merasa masih banyak dosa-dosa dalam dirinya.

Perasaan malu akan menjadi kuat, bila sudah ada pengenalan mengenai kekurangan diri sendiri, dan merasa sedikit ikhlasnya. Kecuali itu disadari pula, Allah itu Maha Mengetahui segala rahasia dan semua yang terlintas di dalam hati, sekalipun kecil dan tidak terlihat. Pengetahuan semacam ini apabila telah diperoleh dengan seyakin-yakinnya, maka dengan sendirinya akan timbul pulalah semua hal yang dinamakan perasaan malu terhadap Allah. 

Rasulullah SAW bersabda

“Malulah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar malu”. (HR. At-Tirmizi).  Allohu A’lam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar