KEL.BESAR ABU ALIFA

KEL.BESAR ABU ALIFA

Selasa, 24 Februari 2015

KELUAR DARI MINA MENUJU ARAFAH TENGAH MALAM DAN SHALAT SUBUH DI ARAFAH





DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Pada Sidang Dewan Hisbah Lengkap
Di Gedung Haji Qanul Manazil, Ciganitri Bandung,
25 Rabi'ul Awwal 1433 H
18 Februari       2012 M

Tentang:
"KELUAR DARI MINA MENUJU ARAFAH TENGAH MALAM DAN SHALAT SUBUH DI ARAFAH"
بسم الله الرحمن الرحيم

Dewan Hisbah Persatuan Islam setelah:

MENGINGAT: 

1.Nabi Saw., masuk Mina pada hari Tarwiyah

....فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ تَوَجَّهُوا إِلَى مِنًى فَأَهَلُّوا بِالْحَجِّ وَرَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَصَلَّى بِهَا الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ

….Ketika hari tarwiyah mereka(bersama Nabi) pergi menuju Mina, mereka ber ihram untuk haji kemudian rasulullah Saw., naik kendaraan, kemudian shalat zhuhur, ‘ashar,maghrib, Isya dan subuh.(H.R Muslim,1:511)

2.Nabi Saw., pergi dari Mina ke Arofah pagi hari setelah terbit matahari.

...ثُمَّ مَكَثَ قَلِيلاً حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ وَأَمَرَ بِقُبَّةٍ مِنْ شَعَرٍ تُضْرَبُ لَهُ بِنَمِرَةَ فَسَارَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلاَ تَشُكُّ قُرَيْشٌ إِلاَّ أَنَّهُ وَاقِفٌ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ كَمَا كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصْنَعُ فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَأَجَازَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ فَوَجَدَ الْقُبَّةَ قَدْ ضُرِبَتْ لَهُ بِنَمِرَةَ فَنَزَلَ بِهَا

....kemudian Nabi Saw., tinggal sebentar sampai terbit matahari, Nabi saw memerintahkan membuat qubah dari bulu untuknya di Namirah , kemudian Rasulullah Saw., berangakat.Orang Quraisy tidak ragu bahwa Nabi Saw., akan wuquf di Masy’aril Haram sebagaimana orang Quraisy lakukan dijaman jahiliyyah. Kemudian Rasulullah Saw melewatinya sampai tiba di ‘Arofah singgah di Namirah.(H.R Muslim,1:511)
حَتىَّ إِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ أَمَرَ بِالْقَصْوَاءِ فَرُحِلَتْ لَهُ فَأَتَى بَطْنَ الْوَادِى فَخَطَبَ النَّاسَ

"...Sehingga diwaktu tergelincir matahari Nabi Saw., memerintahkan Qashwa (unta NAbi) untuk berangkat, kemudian Nabi Saw., tiba di Bathil Wadhi (lembah) kemudian Nabi Saw., berkhutbah”.(Muslim, 1:511)

فَجَاءَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَنَا مَعَهُ يَوْمَ عَرَفَةَ حِينَ زَالَتْ الشَّمْسُ فَصَاحَ عِنْدَ سَرَادِقِ الْحُجَّاجِ فَخَرَجَ وَعَلَيْهِ مِلْحَفَةٌ مُعَصْفَرَةٌ فَقَالَ مَا لَكَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ؟ فَقَالَ الرَّوَاحَ إِنْ كُنْتَ تُرِيدُ السُّنَّةَ قَالَ هَذِهِ السَّاعَةَ قَالَ نَعَمْ

“Kemudian Ibn Umar datang dan aku bersamanya pada hari ‘arafah disaat tergelincir matahari, maka ia berteriak dari tenda-tenda haji, kemudian ia keluar dengan memakai selimut kuning, kemudian Malik berkata:”Apa itu wahai Abu Abdurrahman?maka ia menjawab:”Pergi jika engkau mau melaksanakan sunnah.”Ia berkata:”Sekarang?”ia menjawab:”Ya!(Q.S Bukhari,1:288).

4.Nabi Saw.,keluar dari ‘Arafah setelah Maghrib.

فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ وَذَهَبَتِ الصُّفْرَةُ قَلِيلاً حَتَّى غَابَ الْقُرْصُ وَأَرْدَفَ أُسَامَةَ خَلْفَهُ وَدَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-

“…Nabi Saw., tidak henti-hentinya wuquf sampai terbenam matahari dan hilang kekuning-kuningan sedikit sampai hilang bulatannya, kemudian Usamah menyertai Nabi Saw.,dibelakangnya lalu Rasulullah berangkat.”(H.R Muslim, 1:512).

5.Nabi Saw., tiba dimuzdalifah kira-kira Isya.

حَتَّى أَتَى الْمُزْدَلِفَةَ فَصَلَّى بِهَا الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ بِأَذَانٍ وَاحِدٍ وَإِقَامَتَيْنِ

“… Sampai Nabi tiba di Muzdalifah kemudian Nabi shalat maghrib dan ‘isya dengan satu kali adzan dan dua kali iqamat.(H.R Muslim, 1:512).

6.Nabi Saw., keluar dari Muzdalifah sebelum terbit matahari;

ثُمَّ اضْطَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ وَصَلَّى الْفَجْرَ - حِينَ تَبَيَّنَ لَهُ الصُّبْحُ - بِأَذَانٍ وَإِقَامَةٍ ثُمَّ رَكِبَ الْقَصْوَاءَ حَتَّى أَتَى الْمَشْعَرَ الْحَرَامَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَدَعَاهُ وَكَبَّرَهُ وَهَلَّلَهُ وَوَحَّدَهُ فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى أَسْفَرَ جِدًّا فَدَفَعَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ

“… kemudian Nabi Saw., berbaring sampai terbit fajar lalu shalat fajar ketika betul-betul tiba waktu shubuh dengan satu adzan dan iqamat, kemudian Nabi naik qashwa hingga tiba di Masy’aril Haram kemudian menghadap qiblat lalu berdoa, bertakbir, bertahlil, dan mengesakan Allah. Maka terus Nabi wuquf (Tinggal di Masy’aril Haram) sampai kekuning-kuningan, kemudian Nabi berangkat sebelum terbit matahari.”(H.R Muslim, 1:512).

7.Nabi tiba di Mina setelah Ifadhah dan Shalat Zhuhur di Mina

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَفَاضَ يَوْمَ النَّحْرِ ثُمَّ رَجَعَ فَصَلَّى الظُّهْرَ بِمِنًى. قَالَ نَافِعٌ فَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُفِيضُ يَوْمَ النَّحْرِ ثُمَّ يَرْجِعُ فَيُصَلِّى الظُّهْرَ بِمِنًى وَيَذْكُرُ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَعَلَهُ.

Dari Ibn Umar.”Sesungguhnya Rasulullah Saw., melakukan Ifadhah pada hai raya ( 10 Dzulhijjah) kemudian kembali (ke Mina)lalu shalat zhuhur dimina. Nafi’ berkata:”Ibn Umar juga melakukan ifadhah pada hari raya kemudian kembali dan shalat zhuhur di Mina, ia menyebutkan bahwa Nabi Saw., melakukan seperti itu.(H.R Muslim, 1:547)

Pada dasarnya kita dituntut untuk melaksanakan sebagaimana yang dilaksanakan oleh NAbi Saw., sebagaimana dalam hadits dinyatakan:
خُذُوْا عَنيِّ مَنَاسِكَكُمْ

“Ambillah dariku peraktek ibadah haji kamu”

Dalam beberapa hal Nabi membenarkan atau memberikan rukhshah (keringanan)kepada mereka yang tidak tepat waktu, seperti keterangan di bawah ini:

1.عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ سَوْدَةَ بِنْتَ زَمْعَةَ كَانَتِ امْرَأَةً ثَبْطَةً.فَاسْتَأْذَنَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَدْفَعَ مِنْ جَمْعٍ قَبْلَ دَفْعَةِ النَّاسِ فَأَذِنَ لَهَا.

Dari Aisyah:”Sesungguhnya Saudah binti Zam’ah adalah istri yang berat/gemuk, kemudian ia meminta izin untuk keluar dari mudzdalifah sebelum orang-orang keluar, maka Nabi Saw mengizinkan-Nya.”(H.R Ibn Majah, 2:1007)

2. عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ يَعْمَرَ : أَنَّ نَاسًا مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ أَتُوْا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِعَرَفَةَ فَسَأَلُوْهُ فَأَمَرَ مُنَادِيًا فَنَادَى: اَلْحَجُّ عَرَفَةٌ. مَنْ جَاءَ لَيْلَةَ جَمْعٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ فَقَدْ أَدْرَكَ الْحَجَّ

Dari Abdirrahman ibn Ya’mar:”Sesungguhnya orang-orang dari Najd datang kepada Rasulullah Saw., sedang beliau di ‘Arafah, maka bertanya kepada Nabi Saw., memerintahkan untuk mengumandangkan: “Haji itu ‘Arafah.” Siapayang datang ke Arafah pada malam Muzdalifah sebelum terbit fajar, maka sungguh ia mendapatkan haji (Sah hajinya).” (H.R Tirmidzi; Tuhfah al-Ahwadzi, 3:633)

3. عَنْ عُرْوَةَ بْنِ مُضَرِّسٍ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم بِالْمُزْدَلِفَةِ حِيْنَ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّي جِئْتُ مِنْ جَبَليْ طَيِّءٍ. أَكَلْلتُ رَاحَتِي وَأَتَّعَبْتُ نَفْسِي وَاللهِ ! مَا تَرَكْتُ مِنْ جَبَلٍ إِلاَّ وَقَفْتُ عَلَيْهِ فَهَلْ لِي مِنْ حَجٍّ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَهِدَ صَلاَتَنَا هذِهِ وَوَقَفَ مَعَنَا حَتَّى نَدْفَعَ وَقَدْ وَقَفَ بِعَرَفَةَ قَبْلَ ذاَلِكَ لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَقَدْ تَمَّ حَجُّهُ وَقَضَى تَفَثَهُ .

Dari Urwah bin mudharris, ia berkata:”Aku dating kepada Rasulullah Saw., di Muzdalifah ketika Nabi Saw., keluar untuk shalat, aku bertanya: Aku melewati dua gunung thayyi, kendaraanku lelah dan aku pun cape, demi Allah tidak aku tinggalkan satu gunung kecuali aku berhenti dulu, apakah haji saya sah? RAsulullah Saw., menjawab:”Barangsiapa yang menyaksikan shalatku yang ini, pernah wuquf (tinggal), bersama kami samapi keluar dan sebelumnya pernah wuquf di”Arafah baik siang atau malam, maka sungguh sempurna hajinya dan melaksanakan yang semestinya.”(H.R Tirmidzi)

MEMPERHATIKAN :  

1.  Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH.Usman Sholehuddin
2.  Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP Persis Prof. Dr. KH. M. Abdurrahman, MA.
3.  Makalah dan pembahasan yang disampaikan oleh: KH. Aceng Zakaria
4.  Pembahasan dan penilaian dari anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut di atas

MENIMBANG:


1.  Pelaksanaan manasik haji harus sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
2.  Pelaksanaan ibadah haji terdiri dari rukun, wajib dan sunnat.
3.  Mabit di Mina sebelum wukuf di Arafah sampai shalat subuh hukumnya sunnat, dan mabit pada sebagian malamnya sah.
4.  Pada pelaksanaannya sering kali dihadapkan pada kendala.
5.  Keluar dari Mina menuju Arafah tengah malam karena suatu hambatan yang tidak bisa dihindari, sering terjadi.
6.  Melaksanakan ibadah haji harus diupayakan secara maksimal agar rukun, wajib dan sunnatnya dapat terpenuhi.
7.  Perlu kejelasan hukum mengenai keluar dari mina waktu malam hari dan shalat shubuh tanggal 9 Dzulhijjah di Arafah.

Dengan demikian Dewan Hisbah Persatuan Islam

MENGISTINBATH :

Keluar dari Mina menuju ‘Arafah pada waktu tengah malam dan shalat shubuh di Arofah karena suatu halangan, ibadah hajinya sah.  

Demikian keputusan Dewan Hisbah mengenai masalah tersebut dengan  makalah terlampir.

الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير للإسلام و المسلمين

Bandung,  25 Rabi'ul Awwal 1433 H   
                18 Februari 2012 M 

DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
        
   Ketua                                             Sekretaris
KH. USMAN SHOLEHUDDIN     KH. ZAE NANDANG
NIAT:  05536                               NIAT: 13511



Tidak ada komentar:

Posting Komentar