KEL.BESAR ABU ALIFA

KEL.BESAR ABU ALIFA

Sabtu, 14 Februari 2015

ZAKAT (SHADAQAH) KEPADA KERABAT





Tanya : Assalamu'alaikum … pak Abu Alifa Shihab yang saya hormati. Begini pak, diantara saudara kami banyak yang masih kekurangan dari sisi ekonomi. Apakah dibenarkan kita menyalurkan zakat atau shadaqah (termasuk zakat fitrah) kepadanya? Syukran 

Jawab : Wa'alaikumussalam … dalam ayat Al-Quran Allah swt melalui firmannya telah merinci golongan-golongan yang berhak menerima zakat (shadaqah). Ada yang untuk dirinya ada juga untuk membebaskan beban dirinya.

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS.9 : 60)

Maka jika orang tersebut termasuk dalam 8 ashnaf diatas, maka tentu ia berhak untuk menerima bagian dari zakat, termasuk kerabat ibu tersebut bahkan termasuk kepada suami jika termasuk kategori diatas. Hanya jumhur ulama membatasi bahwa bagi suami tidak dibenarkan memberikan zakat kepada tanggungannya. Jumhur ulama menjelaskan bahwa yang menjadi tanggungan itu adalah anak, istri dan orang tua. Sedang bagi istri dibenarkan zakat ataupun shadaqah kepada suaminya.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ ـ رضى الله عنه ـ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي أَضْحًى أَوْ فِطْرٍ إِلَى الْمُصَلَّى ثُمَّ انْصَرَفَ فَوَعَظَ النَّاسَ وَأَمَرَهُمْ بِالصَّدَقَةِ فَقَالَ ‏"‏ أَيُّهَا النَّاسُ تَصَدَّقُوا ‏"‏‏.‏ فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ ‏"‏ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ، فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ ‏"‏‏.‏ فَقُلْنَ وَبِمَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ ‏"‏ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ ‏"‏‏.‏ ثُمَّ انْصَرَفَ فَلَمَّا صَارَ إِلَى مَنْزِلِهِ جَاءَتْ زَيْنَبُ امْرَأَةُ ابْنِ مَسْعُودٍ تَسْتَأْذِنُ عَلَيْهِ فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ زَيْنَبُ فَقَالَ ‏"‏ أَىُّ الزَّيَانِبِ ‏"‏‏.‏ فَقِيلَ امْرَأَةُ ابْنِ مَسْعُودٍ‏.‏ قَالَ ‏"‏ نَعَمِ ائْذَنُوا لَهَا ‏"‏‏.‏ فَأُذِنَ لَهَا قَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنَّكَ أَمَرْتَ الْيَوْمَ بِالصَّدَقَةِ، وَكَانَ عِنْدِي حُلِيٌّ لِي، فَأَرَدْتُ أَنْ أَتَصَدَّقَ بِهِ، فَزَعَمَ ابْنُ مَسْعُودٍ أَنَّهُ وَوَلَدَهُ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَلَيْهِمْ‏.‏ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ صَدَقَ ابْنُ مَسْعُودٍ، زَوْجُكِ وَوَلَدُكِ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتِ بِهِ عَلَيْهِمْ

Dari Abu Sa'id Al Khurdri ra; Rasulullah saw  keluar menuju lapangan tempat shalat untuk melaksanakan shalat 'Iedul Adhha atau 'Iedul Fithri. Setelah selesai Beliau memberi nasehat kepada manusia dan memerintahkan mereka untuk menunaikan Zakat  seraya bersabda: "Wahai manusia, bershadaqahlah (berzakat lah)." Kemudian Beliau mendatangi jama'ah wanita lalu bersabda: "Wahai kaum wanita, bershadaqahlah. Sungguh aku melihat kalian adalah yang paling banyak akan menjadi penghuni neraka." Mereka bertanya: "Mengapa begitu, wahai Rasulullah?". Beliau menjawab: "Kalian kufur terhadap suami dan kebaikannya". Tidaklah aku melihat orang yang lebih kurang akal dan agamanya melebihi seorang dari kalian, wahai para wanita". Kemudian Beliau mengakhiri khuthbahnya lalu pergi. Sesampainya Beliau di tempat tinggalnya, datanglah Zainab, isteri Ibu Mas'ud meminta izin kepada Beliau, lalu dikatakan kepada Beliau; "Wahai Rasulullah saw, ini adalah Zainab". Beliau bertanya: "Zainab siapa?". Dikatakan: "Zainab isteri dari Ibnu Mas'ud". Beliau berkata,: "Oh ya, persilakanlah dia". Maka dia diizinkan kemudian berkata,: "Wahai Nabi Allah, sungguh anda hari ini sudah memerintahkan shadaqah (Zakat ) sedangkan aku memiliki emas yang aku berkendak menZakat kannya namun Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa dia dan anaknya lebih berhak terhadap apa yang akan aku sedekahkan ini. Maka Nabi saw bersabda: "Ibnu Mas'ud benar, suamimu dan anak-anakmu lebih barhak kamu berikan shadaqah." (H.R. Bukhari)

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، عَنْ يُونُسَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ "‏ خَيْرُ الصَّدَقَةِ مَا كَانَ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdan telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah dari Yunus dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepada saya Sa'id bin Al Musayyab bahwa dia mendengar Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam berkata: "Shadaqah yang paling baik adalah dari orang yang sudah cukup (untuk kebutuhan dirinya). Maka mulailah untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu". Shahih al-Bukhari

Bahkan jika kita memberikannya kepada kaum kerabat terkandung dua pahala, sebagaimana hal ini pernah ditanyakan oleh Zainab istri Abdullah ra. Kepada Nabi saw :
“… Ya Rasulullah, apakah cukup (sah) jika aku memberikan shadaqah kepada suami dan kepada anak yatim yang ada dalam tanggunganku? Rasulullah saw bersabda : (Tentu) baginya bahkan dua pahala, (yaitu) pahala atas shadaqahnya dan pahala (membantu) keluarga (HR.Bukhary Muslim dan lainnya).

Dalam riwayat lain bahwa “shadaqah yang diberikan kepada miskin, (pahalanya) satu shadaqah, sedangkan kepada (miskin dari) kerabat, ada dua (yaitu) shadaqahnya dan (pahala) hubungan silaturahimnya” (HR.Ibn Majah). Allohu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar