KEL.BESAR ABU ALIFA

KEL.BESAR ABU ALIFA

Jumat, 13 Februari 2015

ADAKAH TELAGA DIHATI (?)



Musibah – musibah itu sebenarnya merupakan penasehat terbaik bagi manusia  (Dr, Aid al-Qarni)



Suatu hari, seorang tua bijak didatangi oleh seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu, pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya. Pak tua bijak itu hanya mendengarkannya dengan seksama, lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Kemudian ditaburkannya sebagian serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya!” Kata pak tua. “Pahit, pahit sekali!” jawab pemuda itu sambil meludah ke samping. 

Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yang tenang. Sesampainya mereka disana, Pak tua itu menaburkan serbuk pahit yang digenggamnya ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah!” perintah Pak tua. Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya, “Bagaimana rasanya?” “Segar”, sahut si pemuda. “Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu?” tanya pak tua. “Tidak”, jawab si pemuda itu.

Pak tua tertawa terbahak – bahak sambil berkata, “anak muda, dengarkan baik-baik! Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya pun sama dan memang akan tetap sama, tetapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.”

Pak tua meneruskan, “Kepahitan itu didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu cara yang dapat kamu lakukan, lapangkanlah dadamu menerima semua itu, dan luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu!”

Pak tua kembali menasehatkan, “Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu laksana gelas, buatlah gelas itu seperti telaga yang mampu menampung setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian”
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar